KOMPAS.com - Masa pandemi yang berjalan hampir selama dua tahun membuat ada beberapa kebutuhan baru yang tercipta, misalnya melakukan pemeriksaan Covid-19.
Maklum saja, seseorang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala apapun dan malah menjadi pembawa virus. Hal ini tentunya amat membahayakan bagi lingkungan sekitarnya yang lebih rentan.
Sayangnya, pemeriksaan antigen maupun PCR masih tergolong mahal dan memberatkan dari segi ekonomi. Harganya yang berkisar ratusan ribu jelas menjadi kendala bagi masyarakat khususnya kalangan menengah ke bawah.
Padahal, banyak yang masih harus melakukan aktivitas luar rumah atau berinteraksi dengan orang lain demi pekerjaan.
Akibatnya, orang jarang bersedia melakukan pemeriksaan karena merasa dananya lebih baik dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Baca juga: Harga Tes PCR Turun, Nomor Dua Termurah di Asia Tenggara
Hal ini juga diungkapkan oleh Wanda Hamidah, politikus, aktivis sekaligus artis.
"Harga PCR masih amat tinggi padahal tes adalah hal utama, nyatanya tidak mudah dilakukan, jarang orang mau tes karena harganya mahal," terangnya.
Ia sendiri merasakan tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan tes Covid-19 karena berbagai alasan.
Pertama, Wanda sesekali masih harus berinteraksi dengan orang lain untuk bekerja di luar rumah.
Kedua, ia mempekerjaka Asistem Rumah Tangga (ART) yang pulang pergi sehingga penting untuk memastikan kesehatannya. Terlebih lagi, wanita berusia 43 tahun ini tinggal bersama orangtua dan anaknya yang lebih rentan terinfeksi virus.
Baca juga: Jadi Syarat SKD CPNS 2021, Ini Daftar Tarif Tes PCR dan Antigen
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.