KOMPAS.com – Cemas sebenarnya merupakan perilaku yang wajar saat kita mengalami masalah baru. Bahkan, kecemasan dalam diri kita juga berguna untuk menghadapi ketidakpastian.
Hanya saja, saat pandemi seperti sekarang ini, ketidakpastian di sekitar kita semakin memuncak, membuat kita makin cemas.
Kecemasan memuncak inilah yang akan menyebabkan overthinking atau berpikir buruk berlebihan.
Overthinking sendiri sebenarnya wajar, karena setiap orang punya batas toleransi berbeda. Kendati demikian, hal ini harus ditangani saat mulai mengganggu kehidupan, misalnya pekerjaan terganggu atau membuat kita menjadi mudah marah.
Nah, jika sudah begini, bagaimana menanganinya? Psikolog klinis Nago Tejena, M. Psi., punya jawabannya.
“Pertama kita perlu mencoba mengatasinya sendiri. Jika kita sulit melakukannya sendiri, mintalah bantuan profesional,” ujar Nago dalam siaran langsung “Berdamai sama Overthinking dan Anxiety di Masa Pandemi” di Instagram @my.kindoflife pada Selasa (31/8/2021).
Menurut Nago, kecemasan bisa terjadi karena informasi yang masuk berlebih dan kita merasa tidak mampu mengendalikannya. Misalnya saja, masalah yang terjadi di belahan dunia lain membuat kita takut.
“Kemajuan informasi memang bermanfaat, tetapi kadang itu juga memberikan beban bagi kita. Mungkin itu risiko akibat terlalu terekspos di internet,” ujarnya.
Kendati demikian, Nago mengatakan bahwa kecemasan berlebih sebenarnya bisa dialihkan menjadi pikiran positif.
Menurutnya, untuk mengubah kecemasan dan pikiran buruk menjadi positif, kita harus memahami apa yang ingin kita lakukan saat membuka internet, apakah ingin mencari informasi atau istirahat dan have fun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.