Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/09/2021, 15:37 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber WebMD

KOMPAS.com – Infeksi Covid-19 masih menghantui banyak orang di dunia. Bahkan di Amerika Serikat, tingkat kematian pasien yang memerlukan alat bantu pernapasan mencapai sekitar 70 persen.

Salah satu faktor yang membuat penyakit ini mematikan adalah tingginya kadar virus tersebut dalam paru-paru pasien.

Fakta ini terungkap dalam sebuah penelitian baru yang dirilis pada jurnal Nature Microbiology pada Selasa (31/8/2021) lalu.

Baca juga: Latihan untuk Kembalikan Kapasitas Paru-paru Pasca Infeksi Covid-19

Penelitian baru tersebut menantang teori sebelumnya yang menyebut, infeksi simultan seperti pneumonia atau reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh adalah faktor signifikan dalam kematian pasien Covid-19.

Untuk mencapai kesimpulan itu, para peneliti menganalisis sampel bakteri dan jamur dari paru-paru 589 pasien Covid-19 dengan gejala parah, dan membutuhkan ventilator udara.

Hasilnya, ditemukan bahwa hampir semua paru-paru milik pasien yang meninggal dunia memiliki kadar virus 10 kali lebih banyak dibandingan pasien yang sembuh.

“Temuan kami membuktikan gagalnya tubuh dalam menghadapi jumlah besar virus yang menyerang paru-paru yang menjadi penyebab utama kematian dalam pandemi Covid-19.”

Demikian dikatakan pemimpin penelitian, Dr. Imran Sulaiman, seorang asisten profesor di Departemen Kedokteran NYU Langone Health.

Memang, belum ada bukti terkait apakah infeksi bakteri sekunder dapat menjadi penyebab kematian pasien.

Baca juga: Nikotin Lindungi Paru-paru dari Infeksi Covid-19, Benarkah?

Namun, diperkirakan hal ini disebabkan karena pasien menerima antibiotik dalam jumlah besar.

Pedoman dari U.S. Centers for Disease Control and Prevention tidak menganjurkan pemberian antivirus seperti remdesivir kepada pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah dan harus memakai ventilator.

Namun, dalam rilis NYU Langone, Sulaiman mengatakan, temuan ini menunjukkan, obat ini sebenarnya dapat bermanfaat bagi para pasien dengan gejala parah.

Peneliti senior dalam penelitian itu, Dr. Leopoldo Segal yang merupakan profesor di Departemen kedokteran NYU Langone, lalu memberi pandangannya.

Hasil penelitian itu menunjukkan, masalah sistem kekebalan adaptif mencegahnya memerangi virus corona secara efektif.

Baca juga: Ini Penyebab Sertifikat Vaksin Covid-19 Belum Muncul di PeduliLindungi

“Jika kita dapat mengidentifikasi sumber masalah ini, kita mungkin dapat menemukan pengobatan efektif yang bekerja dengan memperkuat pertahanan tubuh,” ujar dia.

Dia pun mengungkapkan, enelitian itu hanya meneliti pasien yang bertahan pada dua minggu pertamanya.

Jadi, masih ada kemungkinan bahwa infeksi akibat bakteri atau reaksi autoimun memainkan peran penting dalam kematian akibat Covid-19.

Kini, Segal dan tim peneliti akan meneliti bagaimana perubahan komunitas mikroba dan respons imun dalam paru-paru pasien Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com