KOMPAS.com - Perdebatan soal kampanye mengurangi makan daging (less meat) di media sosial dilatarbelakangi salah satu fakta yang cukup penting. Pola makan Indonesia masih didominasi oleh proten nabati, dibuktikan dengan rendahnya tingkat konsumsi daging di negara ini.
Aviria Ermamilia, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada mengatakan sejumlah survei menyebutkan angka konsumsi daging sapi Indonesia hanya sekitar 2-3 kilogram per kapita per tahun. Demikian pula dengan jenis daging merah lainnya seperti kambing dan babi.
"Bandingannya dengan negara lain sekitar kita, memang cenderungnya lebih rendah ya," jelasnya.
Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan pola konsumsi protein masyarakat lokal masih jauh dibandingkan negara ASEAN.
Baca juga: Apakah Masyarakat Indonesia Perlu Ikut Tren Kampanye Less Meat?
Dari total konsumsi protein, konsumsi protein hewani Indonesia baru mencapai 8 persen, sementara Malaysia mencapai 30 persen, Thailand 24 persen, dan Filipina mencapai 21 persen.
Angka konsumsi daging di Indonesia juga masih jauh di bawah rata-rata tingkat konsumsi dunia yang mencapai 6,4 kg daging sapi, 12,2 kg babi, dan 1,7 kg kambing.
Meski demikian, Aviria menolai konsumsi daging merah yang sedikit ini tidak selalu menjadi hal yang buruk, tergantung kondisi kesehatan seseorang.
Jika seseorang membutuhkan zat besi yang cukup banyak maka frekuensinya memang harus dimanfaatkan karena daging merah terbukti amat bermanfaat.
Sedangkan bagi penderita kolestrol maupun penyakit kardiovaskuler lainnya seperti jantung dan stroke, daging merah yang kaya lemak memang harus dikurangi.
Manfaat lain yang dirasakan jika jarang makan daging merah adalah pencernaan lebih lancar, menurunkan risiko peradangan dan potensi diabetes.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.