Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengaruh Jarang Makan Daging pada Tubuh Seseorang

Kompas.com - 04/09/2021, 18:05 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perdebatan soal kampanye mengurangi makan daging (less meat) di media sosial dilatarbelakangi salah satu fakta yang cukup penting. Pola makan Indonesia masih didominasi oleh proten nabati, dibuktikan dengan rendahnya tingkat konsumsi daging di negara ini.

Aviria Ermamilia, ahli gizi dari Universitas Gadjah Mada mengatakan sejumlah survei menyebutkan angka konsumsi daging sapi Indonesia hanya sekitar 2-3 kilogram per kapita per tahun. Demikian pula dengan jenis daging merah lainnya seperti kambing dan babi.

"Bandingannya dengan negara lain sekitar kita, memang cenderungnya lebih rendah ya," jelasnya.

Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan pola konsumsi protein masyarakat lokal masih jauh dibandingkan negara ASEAN.

Baca juga: Apakah Masyarakat Indonesia Perlu Ikut Tren Kampanye Less Meat?

Dari total konsumsi protein, konsumsi protein hewani Indonesia baru mencapai 8 persen, sementara Malaysia mencapai 30 persen, Thailand 24 persen, dan Filipina mencapai 21 persen.

Angka konsumsi daging di Indonesia juga masih jauh di bawah rata-rata tingkat konsumsi dunia yang mencapai 6,4 kg daging sapi, 12,2 kg babi, dan 1,7 kg kambing.

Meski demikian, Aviria menolai konsumsi daging merah yang sedikit ini tidak selalu menjadi hal yang buruk, tergantung kondisi kesehatan seseorang.

Jika seseorang membutuhkan zat besi yang cukup banyak maka frekuensinya memang harus dimanfaatkan karena daging merah terbukti amat bermanfaat.

Sedangkan bagi penderita kolestrol maupun penyakit kardiovaskuler lainnya seperti jantung dan stroke, daging merah yang kaya lemak memang harus dikurangi.

Manfaat lain yang dirasakan jika jarang makan daging merah adalah pencernaan lebih lancar, menurunkan risiko peradangan dan potensi diabetes.

Mayo Clinic menyebutkan orang yang tidak, atau sedikit, makan daging umumnya menyerap lebih sedikit kalori maupun lemak, terhindar dari kelebihan berat badan, dan memiliki risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

Baca juga: Tak Melulu Rendang, Simak 5 Resep Olahan Daging ala Para Chef Terkenal

Pedoman konsumsi gizi seimbang dari Kementrian kesehatan juga menyebutkan pentingnya mengonsumsi lauk pauk dengan kadar protein tinggi.

"Kalau dari pedoman gizi seimbang semakin beragam semakin baik. Jika dibandingkan sumber protein hewani lain dengan telur karena asam aminonya juga cukup lengkap," jelas wanita yang juga dosen Fakultas Kedokteran UGM ini.

Namun ia mengakui daging merah memiliki kelebihan karena kandungan zat besinya jauh lebih tinggi dibandingkan kuning telur. Hal ini misalnya baik untuk penderita anemia yang memang kekurangan zat besi dalam tubuhnya.

Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai mutu zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih baik karena jumlahnya lebih tinggi dan mudah diserap tubuh.

Namun daging merah memiliki kolestrol dan lemak yang diperlukan untuk anak namun harus dibatasi pada orang dewasa.

Baca juga: 4 Makanan Kaya Zat Besi untuk Jaga Kekebalan Tubuh

Jumlah yang disarankan untuk satu porsi yakni sekitar 40-50 gram atau setara dengan satu sampai tiga potong daging sapi ukuran sedang.

"Mix antara keduanya (daging dan telur) akan menghasilkan keseimbangan yang baik, konsumsinya cukup beragam dan seimbang enggak ada masalah," kata Aviria.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com