Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Kandungan Produk Skincare yang Tak Boleh Digunakan Terlalu Sering

Kompas.com - 04/09/2021, 19:00 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Skincare menjadi andalan banyak wanita untuk mendapatkan kulit yang sehat, mulus dan bercahaya. Namun, jangan hanya ikut-ikutan memilih sebuah produk tanpa mengetahui dengan pasti apa kandungannya.

Ada beberapa kandungan skincare yang bisa berefek negatif pada kulit jika kita menggunakannya terlalu sering. Selain tujuan mendapat kulit sehat tak tercapai, kulit malah bisa iritasi dan dehidrasi.

Nah, berikut ini ada beberapa kandungan skincare yang perlu dibatasi penggunaannya.

Alpha Hydroxy Acids (AHAs)

AHA merupakan kunci untuk membuat kulit glowing. Tapi sebenarnya kita tidak boleh menggunakannya berlebihan.

Beberapa produk yang diformulasikan dengan AHA, seperti asam glikolat atau laktat memang dimaksudkan untuk penggunaan sehari-hari namun, tidak semuanya dibuat sama.

Baca juga: 5 Bahan Skincare untuk Atasi Garis-garis Halus Tanda Penuaan

"Frekuensi penggunaan yang disarankan tergantung pada konsentrasi asam dan seberapa terbiasa kulit dengan asam secara umum," kata Blair Murphy-Rose, MD, dokter kulit bersertifikat yang berbasis di New York.

Jadi, pakailah produk dengan AHA seusai petujunk dalam kemasan dan mulailah secara bertahap untuk melihat reaksi kulit. 

Selain itu, bagi kamu yang hobi memakai skincare berlapis-lapis, waspadai kandungan aktif dalam rejimen kulit. Akan lebih baik jika kita hanya mengaplikasikan satu produk yang mengandung AHA per sesinya.

Beta Hydroxy Acids (BHAs)

Sama dengan AHA, frekuensi pemakaian skincare yang mengandung BHA pun harus diperhatikan.

Bahan utama BHA yang akan kita temukan dalam formulasi perawatan kulit adalah asam salisilat, yang berfungsi merawat jenis kulit berminyak dan berjerawat.

Selalu baca petunjuk dalam kemasan. Misalnya, jika produk yang kita pakai adalah produk spot treatment, jangan gunakan di seluruh wajah. Lalu, jika tertulis biarkan selama 15 menit sebelum dibilas, perhatikan jam.

Baca juga: Perlu Berapa Lama untuk Menilai Apakah Skincare yang Dipakai Efektif?

IlustrasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi

Retinoid

Retinoid atau pun retinol mungkin sering disebut sebagai “holy grail” dan dicintai karena mampu memperbaiki dan mencegah tanda-tanda penuaan.

Sayangnya, retinoid memiliki satu kelemahan kecil: retinisasi, yaitu proses eksfoliasi yang menyebabkan kulit kemerahan dan sensitif saat mulai terbiasa dengan retinol.

Walau gejala retinisasi cenderung ringan tetap penting untuk membuat kulit lebih bertoleransi sehingga tidak “kaget.”

"Retinol adalah bahan yang harus dikurangi. Mulailah dengan persentase yang lebih rendah dan kemudian meningkat seiring waktu," saran Tina Alster, MD, dokter kulit bersertifikat di Washington DC.

Baca juga: Skincare Mengandung Retinol, Apa Saja Manfaatnya?

Trichloroacetic Acid (TCA)

TCA peel adalah produk skincare yang ampuh dan dapat membantu mengatasi masalah seperti garis-garis halus, kerutan, dan perubahan warna.

"TCA melarutkan mortar yang menyatukan sel-sel epidermis dan membantu melepaskan sel-sel kulit mati. Jika digunakan terlalu sering, eksfoliasi ini dapat menyebabkan kulit kemerahan dan iritasi," jelas Alster.

TCA peel sendiri biasanya diberikan oleh dokter, namun TCA yang dijual bebas pun tersedia.

Berbagai jenis minyak

Melembapkan kulit memang baik, namun kita juga harus menjaga frekuensi dan formulasi kandungan skincare yang masuk ke kulit.

Nah, berbagai jenis minyak sseperti minyak alpukat, zaitun, dan kelapa adalah bahan pelembab yang bisa membuat minyak wajah berlebih, terutama jika kita memiliki kulit berminyak atau berjerawat.

Baca juga: 7 Manfaat Minyak Zaitun untuk Wajah, Bisa Atasi Luka Bekas Jerawat

"Terlalu banyak minyak dapat menyumbat pori-pori, menyebabkan komedo terbuka, dan menyebabkan pori-pori membesar," jelas Stefani Kappel, MD, dokter kulit bersertifikat di Corona Del Mar, California.

Jadi, meski tidak dilarang untuk memakai minyak, tetap awasi reaksi kulit. Lalu jika bisa, gantilah minyak itu dengan minyak "kering" yang lebih ringan, seperti rosehip dan camellia.

Hidrokuinon

Hidrokuinon dikenal karena kemampuannya menargetkan perubahan warna dan area hiperpigmentasi.

Kendati demikian, hidrokuinon tidak boleh digunakan berlebihan dan tidak boleh digunakan saat kita sedang hamil atau menyusui.

"Ada efek samping yang disebut 'ochronosis' yang dapat terjadi akibat penggunaan hidrokuinon jangka panjang," ujar Murphy-Rose mengingatkan.

"Bagi yang memang memilih menggunakan hidrokuinon, gunakan maksimal dua kali sehari selama tidak lebih dari lima bulan,” tambahnya.

Sebaiknya gunakan produk yang mengandung hirdokuinon sesuai petunjuk dokter.

Baca juga: Jangan Asal Gunakan Produk Mengandung Hidrokuinon, Ini Akibatnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com