KOMPAS.com - Bermain merupakan aktivitas penting sebagai bagian dari tumbuh kembang anak.
Atas dasar itu, beberapa orangtua berusaha memanjakan anak dengan membelikan mainan, -yang kandang menjadi terlalu banyak- dengan harapan agar barang itu bisa bermanfaat baginya.
Padahal, "membanjiri" kamar anak dengan banyak mainan justru membuat anak kurang menikmatinya, jika dibandingkan dengan jumlah mainan yang lebih sedikit.
Di saat anak memiliki lebih sedikit mainan, anak harus lebih banyak menggunakan imajinasinya.
Baca juga: Mainan Anak Makin Canggih, Dilengkapi Teknologi AI
Anak dapat memanfaatkan lingkungan di rumah untuk menggabungkan permainan dengan mainan yang dimiliki.
Seperti dilaporkan Green Child Magazine, anak bisa meninggalkan mainan dan memanfaatkan lingkungan untuk menghasilkan ide bermain yang kreatif.
Teori di balik anak yang lebih kreatif dengan lebih sedikit mainan dipelajari oleh para peneliti dari Jerman.
Peneliti meminta anak-anak di kelas taman kanak-kanak meletakkan mainan, perlengkapan seni dan barang lain. Anak-anak tersebut hanya bergantung pada imajinasi untuk menghibur diri.
Hasilnya, mereka memiliki permainan yang lebih berkualitas dan imajinatif dibandingkan ketika mereka memegang mainan.
Artinya, bukan berapa banyak mainan yang membuat waktu bermain anak menjadi menyenangkan, melainkan apa imajinasi yang dipikirkan oleh anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.