Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2021, 11:12 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Kesuburan menjadi faktor penting yang menentukan apakah pasangan suami istri dapat memiliki keturunan. Namun, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya ternyata tak selalu membuat peluang kehamilan berikutnya lebih mudah.

Tak jarang, pasangan suami istri yang ingin kembali memiliki anak tak kunjung mendapatkannya meski sudah berhubungan intim secara rutin. Itu mungkin disebabkan kareana infertilitas sekunder.

Infertilitas sekunder adalah kegagalan pasangan suami istri untuk kembali mendapatkan kehamilan setelah sudah memiliki anak sebelumnya.

Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi dari RS Pondok Indah IVF Centre, dr Upik Anggraheni, SpOH-KFER, penyebab infertilitas sekunder sering kali berkaitan dengan bertambahnya usia yang memengaruhi kuantitas dan kualitas sel telur dan sperma.

Namun, penting untuk diketahui bahwa penyebab infertilitas sekunder tak hanya dikarenakan satu pihak saja, tapi pihak suami dan istri.

"Penyebab infertilitas sekunder ini bukan hanya salah satu pihak (wanita atau pria) saja, tetapi keduanya. Faktor penyebab infertilitas sekunder dapat berasal dari wanita, pria, ataupun kombinasi keduanya."

Demikian diungkapkan Upik melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Baca juga: Sekilas tentang Program Bayi Tabung, Proses dan Biaya yang Diperlukan

Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya ternyata tak selalu membuat peluang kehamilan berikutnya lebih mudah.PEXELS/KRISTINA PAUKSHTITE Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya ternyata tak selalu membuat peluang kehamilan berikutnya lebih mudah.
Lebih lanjut, kemungkinan penyebab infertilitas sekunder antara lain:

  • Usia
  • Infeksi.
  • Lingkungan.
  • Genetik.
  • Nutrisi.
  • Stres.

Menurut Upik, faktor usia adalah salah satu faktor penyebab infertilitas sekunder yang tidak bisa dikendalikan.

Usia 35 tahun pada wanita adalah titik di mana cadangan ovarium mulai menurun secara cepat sampai dengan usia 45 tahun. Usia tersebut merupakan batas usia dilakukannya program IVF (bayi tabung) dengan sel telur milik sendiri.

Selain itu, Upik mengutip sebuah jurnal mengenai epidemiologi infertilitas yang ditulis oleh Barbara (1990) bahwa penyebab paling sering dari infertilitas sekunder adalah infeksi.

Hal ini didukung oleh penelitian Momtaz dkk. (2011) mengenai adanya hubungan bermakna antara infertilitas sekunder dengan riwayat buruk kehamilan sebelumnya, persalinan dengan operasi sesar, dan peningkatan indeks massa tubuh.

"Wanita dengan infertilitas sekunder juga diketahui empat kali lebih sering mengalami masalah kandungan (ginekologi)," kata Upik.

Wanita gemuk atau memiliki indeks massa tubuh di atas 25 kg/m2 juga lebih sering mengalami infertilitas dibandingkan dengan orang-orang dengan berat badan ideal.

Hal ini, kata Upik, berkaitan dengan gangguan ovulasi seperti PCOS yang sering terjadi pada wanita gemuk.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com