Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Ada Forum Gosip, Mengapa Warganet Senang Bergosip?

Kompas.com - 06/09/2021, 19:34 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan kabar soal forum diskusi yang membahas berbagai rumor miring para publik figur.

Wadah percakapan digital itu disebut sarat dengan ujaran kebencian, bullying, dan berbagai kometar brutal lainnya dari penggunanya.

Pergunjingan ini dilakukan secara anonim dengan istilah maupun kata yang tergolong sulit dipahami.

Namun tetap saja tergambar jika forum tersebut berisikan berbagai komentar jahat yang tentunya menyakitkan hati bagi yang bersangkutan.

Sejumlah artis, selebgram dan orang lainnya sudah jadi korban pergibahan dunia maya itu. Nana Mirdad dan Rachel Venya, yang mengaku jadi korbannya, membongkar forum gosip itu dengan mengunggah tangkapan layar diskusi bermasalah itu via Instagram story.

Baca juga: Ramai Influencer Rachel Venya Di-bully di Forum Daring, Benarkah Sudah Risiko Figur Publik?

Sebenarnya adanya forum gosip underground ini bukan hal yang baru. Pola serupa juga bisa kita lihat saat kemunculan sejumlah akun Instagram gosip yang beberapa waktu pernah heboh, Lambe Turah misalnya.

Sepertinya, warganet memang cenderung gemar bergunjing di sela-sela aktivitas seluncurnya di internet.

Manusia memang suka bergosip

Firman Kurniawan, pakar komunikasi digital dari Universitas Indonesia memberikan pendapatnya soal kehebohan ini.

"Jauh sebelum media sosial, orang itu memang suka bergunjing, ibu-ibu di tukang sayur, bapak-bapak ngobrol di warung kopi," ujarnya pada Kompas.com, Senin (06/08/2021).

Ia mengatakan, pakar sejarah Yuval Noah Harari, penulis buku Homo Sapiens, juga punya pendapat yang mendukung hal tersebut.

"Manusia itu bisa survive, bertahan, diantara yang lain, sampai sekarang itu karena kesukaan mengobrol, bergosip," terangnya.

Baca juga: Terungkap, Ini Tipe Orang yang Suka Bergosip

Menurutnya, agak sulit menghentikan kesukaan seseorang untuk mengobrol. Terlepas apakah hal yang dibicarakan itu tidak terjamin kebenarannya, itu merupakan hak seseorang, jelas Firman.

Namun ia menambahkan, batasan seseorang untuk bertindak itu, termasuk berbicara dan bergosip, tergantung kebebasan orang lain pula.

"Pikiran, perkataan dan berbagai hal itu ada batasnya, yakni jika kebebasan orang lain terganggu," terangnya.

Digital path tak bisa dihapus selamanya

Hal yang juga menjadi pembeda dari perilaku bergosip di dunia maya ini adalah adanya jejak digital. Lewat forum anonim, akun Instagram maupun platform media sosialnya, semuanya pasti meninggalkan jejaknya.

Firman mengatakan, digital path tidak bisa dihapus sehingga memberikan efeknya tersendiri pada gosip yang disampaikan itu.

Hal tersebut menjadi rekaman yang kemudian mempermudah penyebarannya. Pembicaraan dari satu pihak ke pihak lain itu kemudian bisa menyebar begitu cepatnya ketika dibaca oleh pengguna lainnya.

Baca juga: 4 Tips agar Tak Jadi Korban Gosip di Tempat Kerja

Gosip tersebut, yang awalnya dipertanyakan kebenarannya, bisa menjadi ujaran kebencian maupun bullying. Hal itulah yang kemudian ditengahi oleh keberadaan UU ITE, jelas Firman.

Pelaku harus sadar bahwa perilakunya itu dapat membuatnya terjerat hukum. Artinya, bergosip, meskipun dilakukan di dunia maya dan secara anonim, tetap memiliki konsekuensinya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com