KOMPAS.com - Media sosial diramaikan dengan kecaman publik pada glorifikasi atas kebebasan Saipul Jamil.
Pelaku pelecehan seksual pada anak di bawah umur itu dengan mudahnya kembali tampil di televisi nasional pascakeluar dari penjara. Kehadirannya tentu menjadi contoh buruk untuk penegakan kasus pelecehan seksual di Indonesia.
Kritik pedas, boikot dan kecaman yang dilontarkan publik kemudian membanjir. Muncul pula petisi yang menolak kehadiran penyanyi dangdut itu televisi dan ditandatangani oleh ribuan orang.
Kehebohan yang terjadi tentu membuat anak berisiko besar terpapar informasi soal kasus ini. Sudah selayaknya, orangtua memberikan penjelasan yang tepat sekaligus pembelajaran berkaca dari kasus ini.
Baca juga: Komnas PA Ajak Masyarakat Matikan TV jika Lihat Saipul Jamil
Lucia Peppy Novianti, M. Psi., psikolog dari Universitas Gadjah Mada mengataka anak pasti penasaran dan kemungkinan mengakses informasi soal pelaku maupun kasus yang jadi akar pangkal masalah.
Orangtua perlu bijak menyikapi kondisi tersebut dengan menjadikannya momen untuk mengajarkan soal edukasi seksual.
"Ini bisa jadi jalan masuk untuk kita mengajak dan semakin menguatkan anak remaja membangun kewaspadaan diri lewat pendidikan seksualitas," jelasnya pada Kompas.com, Selasa (07/09/2021).
Ajarkan kepada anak bahwa ada orang-orang di luar sana yang tidak bertanggungjawab dan memiliki keinginan untuk menyakiti pihak lain.
Tujuannya agar anak bisa melihat situasi ini dan mempertimbangkan risiko hal tersebut dapat terjadi pada diri mereka.
Kita disarankan menyampaikan kepada anak beberapa hal yang penting dalam unsur kewaspadaan sebagai perlindungan diri.
Baca juga: Hentikan Glorifikasi terhadap Saipul Jamil, Hapus Normalisasi Kekerasan Seksual
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.