KOMPAS.com – Penderita bibir sumbing, terutama anak-anak, tak jarang mendapatkan perlakukan berbeda atau bullying ketika berusaha berbaur bersama teman-teman sebayanya.
Dan tidak hanya itu, terkadang keluarga dekat sendiri, seperti saudara atau orangtua juga melakukan hal yang sama dan menganggap bahwa anak dengan bibir sumbing itu memalukan atau aib.
Perlakuan berbeda ini dapat membuat kesehatan mental anak terganggu dan merasa tidak dicintai.
Dampaknya pun bisa berbagai macam, mulai dari minder, mogok sekolah, hingga depresi dan menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan mental anak penderita bibir sumbing?
Menurut Hanlie Muliani, psikolog klinis dari Sahabat Orangtua dan Anak Parenting & Education Support Center, hal pertama yang harus dilakukan orangtua adalah mendukung anak.
“Orangtua tidak ikut merundung, menyingkirkan, atau diumpet-umpetin gitu anaknya agar anak merasa ia dicintai,” ujar Hanlie dalam webinar "Stop Bullying Bibir Sumbing- Lindungi Kesehatan Mental Mereka" yang digelar oleh Smile Train pada Jumat (10/9/2021).
Hanlie berpendapat bahwa dengan menerima, mendampingi anak dan tidak menganggapnya memalukan saja, sudah memberi kekuatan dalam diri anak.
Hasilnya, anak akan lebih percaya diri meski orang-orang di sekitarnya menganggapnya dengan sebelah mata.
Orangtua pun harus berusaha menanamkan semangat pada anak dengan mengatakan bahwa meski berbeda, bibir sumbing bukan penghalang anak untuk berprestasi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.