Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan Tingkatkan Peluang Seseorang Jadi Korban Ghosting

Kompas.com - 10/09/2021, 14:59 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ghosting adalah fenomena yang umum terjadi dalam hubungan antar-manusia.

Penelitian untuk mendalami fenomena yang mengakhiri hubungan secara tiba-tiba, tanpa penjelasan tersebut pun sudah banyak ditemui.

Nah, satu penelitian terbaru yang dimuat dalam Journal of Social and Personal Relationships mengungkapkan fakta mengejutkan mengenai ghosting.

Hasil studi tersebut menyatakan, gaya pendekatan dan keyakinan akan takdir berperan penting dalam terjadinya ghosting.

Baca juga: Apa Itu Ghosting dan Kenapa Orang Melakukannya?

"Di perguruan tinggi saya, saya pernah mendengar siswa menggunakan istilah 'ghosting' dan saya langsung berpikir 'apa yang terjadi?'"

Demikian perkataan penulis studi Darcey N Powell. Ia adalah profesor psikologi di Roanoke College, Salem, Virginia, Amerika Serikat.

"Setelah mencari di Google, saya menyadari beberapa orang menulis artikel populer tentang pengalaman ghosting, atau membuat dugaan mengapa orang lain menjadi korban."

"Tetapi hampir tidak ada penelitian empiris kuantitatif tentang topik tersebut," kata dia.

Dia mengaku penasaran mengapa fenomena ghosting terjadi, serta seperti apa dampak pada seseorang yang melakukannya, atau pun yang menjadi korban ghosting.

Dari situlah, Powell bekerja sama dengan ketiga rekannya, Dr Gili Freedman di St Mary's College of Maryland, Dr Kipling Williams di Purdue University, serta Dr Benjamin Le di Haverford College.

"Kami mulai melakukan penelitian untuk memahami topik ghosting lebih lanjut."

Pada tiga penelitian yang melibatkan 1.275 peserta, para peneliti menemukan individu yang mendapat skor tinggi pada masalah kecemasan dalam hubungan (attachment anxiety), menjadi korban ghosting.

Attachment anxiety mengacu pada ketakutan seseorang diabaikan oleh pasangan.

Juga menyangkut kebutuhan berlebihan akan persetujuan pasangan, dan merasa kesulitan jika pasangan tidak hadir menemani.

"Memiliki kadar kecemasan semacam ini yang lebih tinggi --seperti memiliki pandangan negatif tentang diri dalam hubungan-- dikaitkan dengan potensi menjadi korban ghosting," ungkap Powell.

Baca juga: Belajar dari Felicia Tissue, Lakukan 9 Hal Ini ketika Di-ghosting

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com