Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/09/2021, 13:13 WIB
Intan Pitaloka,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bekerja keras memang baik, namun jika kita menempatkan produktivitas adalah segalanya, bahkan menganggap waktu luang hanya buang-buang waktu, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

Menurut penelitian terbaru, jika kita memandang waktu luang sebagai kegiatan "buang-buang waktu", maka kita cenderung menjadi lebih tertekan, cemas, dan stres.

Demikian menurut temuan tim dari The Ohio State University, Rutgers, dan Harvard University, yang meneliti bagaimana bias terhadap produktivitas memengaruhi pengalaman waktu luang, tingkat kebahagiaan, dan kesehatan mental kita.

Mereka mengevaluasi lebih dari 1.300 orang.

Gabriela Tonietto, PhD, penulis studi dan asisten profesor pemasaran di Rutgers Business School di New Jersey, mengatakan bahwa ia melihat teman-temannya berjuang dengan ini sepanjang waktu.

"Kita melihat banyak orang berpikir, 'Saya tidak bisa cuma menonton TV, saya perlu melakukan sesuatu yang produktif saat saya melakukannya,'" katanya.

Baca juga: Nikmati Waktu Luang, Baik untuk Kesehatan Mental

Para ahli menyarankan kita untuk membayangkan bahwa kita sedang beristirahat sejenak untuk bekerja lebih efisien nantinya.

"Rekreasi kita anggap sebagai bagian dari menghabiskan waktu untuk membeli lebih banyak waktu, energi, dan kinerja secara eksponensial," kata Perpetua Neo, DClinPsy, MPhil, pelatih eksekutif dan psikolog yang berbasis di Singapura.

Studi ini dipublikasikan secara online di Journal of Experimental Social Psychology pada akhir Agustus.

Percaya bahwa waktu luang adalah "buang-buang waktu" dapat merusak potensi kenikmatan dan manfaat kesehatan mental.

Baca juga: Kebanyakan Main Gadget, Waktu Santai Milenial Makin Berkurang

Cara membuat waktu luang efektif untuk kita

Agar kita bisa mendapatkan manfaat dari waktu luang, Malkoc dan Tonietto menyarankan untuk membingkai ulang kegiatan santai sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Misalnya, alih-alih berbicara tentang waktu pantai sebagai "tidak melakukan apa-apa", anggap itu sebagai kesempatan untuk membangun hubungan dengan orang lain.

Demikian pula, Neo, yang banyak menangani klien yang menggambarkan diri mereka sebagai "orang yang berprestasi tinggi," mengatakan bahwa ada strategi khusus yang dapat diterapkan untuk belajar menghargai waktu luang.

Ia menyebut bahwa untuk menikmati waktu luang tidak harus berupa kegiatan liburan yang direncanakan khusus. Tetapi bisa berupa istirahat di sela kesibukan kerja, olahra lari di pagi atau sore hari, membaca genre buku yang disukai, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih.

Selain membuat perubahan kecil ini, Neo juga mendorong kita untuk mengenali manfaat rekreasi yang ditemukan dalam ilmu saraf.

Baca juga: Lebih Banyak Mainan Bikin Anak Kreatif? Belum Tentu...

"Kreativitas benar-benar tentang menyatukan banyak konsep yang berbeda," katanya.

Jadi, jika kita meluangkan waktu untuk membaca novel roman, bermain dengan anak-anak, atau hanya duduk di pantai dan tidak melakukan apa-apa, kemungkinan kita akan lebih kreatif dan efisien saat kembali bekerja.

"Semakin banyak domain berbeda yang kita ekspos, maka semakin kita bisa mendapatkan inspirasi di berbagai bidang dan menghasilkan solusi kreatif dan inovatif yang belum tentu dipikirkan orang lain."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com