Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stres Picu Risiko Hipertensi, Serangan Jantung, dan Stroke, Benarkah?

Kompas.com - 14/09/2021, 21:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Memiliki tingkat stres yang tinggi dari waktu ke waktu ternyata menempatkan kita pada risiko terkena tekanan darah tinggi atau hipertensi, serangan jantung, dan stroke.

Hal itu juga ditunjukkan dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Circulation oleh American Heart Association (AHA).

"Ini adalah studi yang menggambarkan bagaimana hubungan antara pikiran dan kesehatan jantung seseorang."

Demikian kata ahli jantung dan profesor kedokteran di Baylor College of Medicine di Houston, Ameria Serikat, Dr Glenn Levine.

Baca juga: Rutin Meditasi Tekan Risiko Penyakit Kardiovaskular, Apa Sebabnya?

"Stres, depresi, frustrasi, kemarahan, dan emosi negatif lainnya tidak hanya membuat kita menjadi orang yang tidak bahagia, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan dan umur panjang," sambung dia.

Saat mengembangkan studi AHA, Dr Levine juga melihat semua data dan menyimpulkan bahwa faktor kesehatan psikologis negatif terkait dengan banyak faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Kabar baiknya, karena pikiran, hati, dan tubuh saling berhubungan dan saling bergantung, seseorang dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskularnya dengan mengupayakan pandangan psikologis yang lebih positif.

"Kita dapat memutuskan untuk mengubah pola pikir tentang situasi stres itu atau menetapkan batasan untuk menjaga agar stres tidak menjadi racun."

Demikian diterangkan pakar manajemen stres, Dr Cynthia Ackrill.

"Kita tidak boleh mengabaikan kemampuan kita untuk berperan dalam kesejahteraan hidup," lanjut dia.

Efek tinggi pada orang yang lebih muda

Studi baru mengikuti 412 orang dewasa multiras antara usia 48-87 tahun dengan tekanan darah normal, mengukur kadar hormon stres urin pada beberapa titik waktu antara 2005-2018.

Baca juga: Ternyata, Penggunaan Ganja Bisa Picu Serangan Jantung

Tingkat hormon kemudian dibandingkan dengan peristiwa kardiovaskular yang mungkin terjadi seperti hipertensi, sakit jantung, serangan jantung, dan operasi bypass.

"Penelitian sebelumnya berfokus pada hubungan antara kadar hormon stres dan hipertensi atau kejadian kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi yang sudah ada."

Demikian dikatakan penulis studi dan asisten profesor epidemiologi sosial di Kyoto University, di Kyoto, Jepang, Dr Kosuke Inoue.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com