Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Gede Robi Navicula Bicara Soal Sampah Plastik...

Kompas.com - 16/09/2021, 08:56 WIB
Wisnubrata

Editor

Kata Katamu….
hinggap dan hidup di kepalaku
Dia tak tidur
tapi dia terus membangunkan ku
Mengiba untuk membebaskannya
Dia bilang…
ubahlah aku jadi wujud baru
Dia sudah bosan…
sekian lama hidup tanpa badan
Begitu diucapkan
dia menuntut terus tuk dilahirkan
Oleh tanganku…
dan tanganmu..
dan tangan tangan semesta
Dia bilang..
ubahlah aku jadi tindakan

Sepenggal lirik dari lagu Metamorfosa Kata yang dinyanyikan Gede Robi dengan penuh khidmat ini berkisah tentang ide dan gagasan yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata.

Kali ini tindakan yang dimaksud vokalis dan gitaris grup musik Navicula ini adalah kepedulian terhadap lingkungan, terutama bagaimana mengurangi sampah plastik.

Menurut musisi, petani, dan juga aktivis lingkungan tersebut, sampah plastik sudah dalam tahap membahayakan Bumi dan makhluk hidup termasuk manusia.

"Sampah-sampah ini mencemari sungai dan laut, menjadi mikroplastik, termakan ikan atau hewan lain, lalu masuk ke tubuh kita saat kita makan dan minum makanan yang tercemar itu," ujar Gede Robi dalam acara virtual kampanye #KerenTanpaNyampah bersama Body Shop Indonesia, Selasa (14/9/2021).

Menurut pria bernama lengkap I Gede Robi Supriyanto itu, sampah mikro plastik hampi selalu ditemukan dalam tubuh manusia.

"Indonesia adalah negara kedua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Dan ternyata semua orang di Indonesia terpapar mikroplastik berdasarkan limbah yang diteliti. Padahal mikroplastik juga ditempeli polutan seperti merkuri, timbal, pestisida dan lainnya," paparnya.

Hal ini merupakan akibat dari kebiasaan memakai kemasan atau tas plastik sekali pakai, lalu membuangnya begitu saja.

"Jangan karena merasa kita sudah membuangnya, sampah itu lenyap dari hadapan kita. Ternyata itu hanya memindahkan masalah saja. Jika tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya balik ke kita. Efeknya personal secara kesehatan. Itu bahaya," ujarnya.

Karenanya Gede Robi menegaskan pentingnya mengelola sampah dan menggarisbawahi pentingnya praktek Full Circular Economy sebagai inisiatif penting dalam menjawab polusi plastik.

Yang dimaksud dengan praktek Full Circular Economy antara lain mendaur ulang sampah-sampah plastik menjadi barang yang berguna, sehingga mencegahnya merusak lingkungan.

"Menurut data yang dikeluarkan oleh Ecoton, se-Indonesia khususnya Pulau Jawa, setiap tahun ada 8 juta ton sampah plastik, 3 juta ton bisa diolah, dan yang 5 juta ton yang tidak terkelola. Ada yang dibuang, ditimbun, dibakar dan 2,6 juta ton dibuang ke aliran sungai," ujar Gede Robi.

Jika tingkat produksi dan konsumsi plastik saat ini berlanjut dan bahkan terus meningkat, maka diperkirakan jumlah sampah plastik yang salah kelola di Indonesia pada 2025 akan meningkat lebih dari dua kali lipat.

"Karenanya perlu peran aktif produsen dan industri untuk berinovasi mencapai 100% produk plastik yang bisa didaur ulang, ataupun secara perlahan-lahan dapat menghapusnya sama sekali,” ujar Gede Robi.

Maka seperti lagunya di atas, pengurangan sampah plastik ini janganlah dijadikan sekedar gagasan, namun harus diwujudkan dalam tindakan sehari-hari.

"Setiap orang seharusnya bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkannya. Perilaku mampu mengelola sampah dengan tidak membuang sembarangan, memilahnya, hingga daur ulang, secara etika juga menjadi tindakan baik bagi manusia lain dan lingkungan."

"Di Bali kami memiliki konsep Tri Kaya Parisudha sebagai landasan untuk menjaga lingkungan," ungkap Gede Roni.

Tri Kaya Parisudha sendiri adalah tiga perbuatan yang disucikan menurut adat masyarakat Bali, yaitu berpikir yang benar (manacika), berkata yang benar (wacika) dan berbuat yang benar (kayika).

Tentu semua ini sejalan dengan kampanye The Body Shop Indonesia #KerenTanpaNyampah untuk mengembalikan kemasan produk agar bisa didaur ulang, dan anjuran menggunakan kemasan isi ulang saat berbelanja.

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, The Body Shop Anjurkan Pakai Kemasan Isi Ulang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com