Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/09/2021, 20:57 WIB
Intan Pitaloka,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebanyakan dari kita menyukai makanan yang diolah dengan cara digoreng, karena sensasi renyahnya yang menambah kelezatan suatu hidangan.

Namun, akhir-akhir ini alat penggorengan tanpa minyak alias air fryer menjadi pilihan favorit karena diklaim lebih sehat bagi tubuh.

Lalu, apakah pernyataan tersebut benar adanya? Dan bagaimana cara kerja air fryer dalam menggoreng makanan kita?

Terlepas dari namanya, air fryer sebenarnya tidak secara teknis menggoreng makanan, karena peralatan ini bekerja dengan meniupkan udara panas di sekitar wadah yang berisi makanan.

Hasilnya, kentang, sayuran, dan makanan lainnya menjadi cepat garing di bagian luar sementara tetap lembap di tengahnya.

Hal inilah yang membuat hasil gorengan menggunakan air fryer tidak sesempurna menggoreng menggunakan minyak dalam wajan.

Baca juga: Benarkah Air Fryer Menghasilkan Makanan yang Lebih Sehat?

Beda menggoreng dengan memasak menggunakan air fryer

Sejujurnya, memasak dengan air fryer tidak akan menghasilkan tekstur yang sama seperti menggoreng dengan minyak panas.

Meski begitu, hasilnya akan tetap lebih renyah dibanding bila kita memanggang atau mengukus makanan.

Memasak dengan air fryer menciptakan tekstur renyah yang kita cari, tanpa minyak apa pun,” kata ahli diet Julia Zumpano RD.

Lalu apa yang salah dengan minyak goreng?

Minyak mengandung lebih banyak kalori, walau disebut minyak yang sehat seperti minyak zaitun dan minyak alpukat.

Bila dibandingkan, lemak (seperti minyak goreng) mengandung lebih dari dua kali kalori protein atau karbohidrat.

Nah, saat kita menggoreng makanan, kalori itu bisa bertambah dengan cepat. “Sekedar menumis saja bisa memberikan tambahan kalori dari minyak, apalagi menggoreng hingga makanan terendam minyak,” kata Zumpano.

Makanan yang digoreng juga bisa mengandung lemak trans dalam jumlah tinggi. Lemak trans adalah minyak terhidrogenasi parsial yang dapat meningkatkan kolesterol LDL dan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com