Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/09/2021, 10:54 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

  • Merawat diri

Jika suatu hubungan memiliki efek negatif pada kualitas hidup seseorang, memutuskan kontak terkadang juga bisa jadi merupakan cara untuk mencari kesejahteraan diri sendiri tanpa merasakan dampak putus cinta atau perpisahan.

Baca juga: 6 Tips Atasi Depresi akibat Putus Cinta

Siapa orang yang cenderung melakukan ghosting?

Ghosting berkaitan dengan gaya keterikatan penghindaran, yaitu kecenderungan untuk menghindari kedekatan emosional dalam hubungan.

"Orang-orang yang tidak suka memiliki kedekatan emosional lebih cenderung menjadi pelaku ghosting," kata Associate professor psikologi dari Winthrop University, Tara Collins, seperti dilansir Live Science.

Namun, ada banyak faktor dan ciri kepribadian yang membuat seseorang lebih mungkin menjadi pelaku ghosting.

Dalam sebuah studi di 2018, para peneliti membagi partisipan menjadi dua kelompok.

Pertama, orang-orang yang memiliki pola pikir tetap tentang masa depan, percaya pada takdir, dan berpikir bahwa suatu hubungan sudah ditakdirkan akan terjadi atau tidak.

Sementara kelompok kedua adalah orang-orang yang memiliki pola pikir berkembang dan meyakini bahwa sebuah hubungan butuh usaha untuk tumbuh.

Orang-orang di kelompok pertama atau yang meemiliki keyakinan lebih besar akan takdir ternyata 60 persen lebih mungkin melakukan ghosting dibandingkan orang dengan kepribadian lainnya.

Mereka cenderung memandang perilaku ghosting sebagai cara yang dapat diterima untuk menghakhiri suatu hubungan.

Baca juga: Viral Kisah Korban Ghosting, Ternyata Kekasihnya Tak Pernah Ada

Dampak yang dialami oleh korban ghosting

Korban ghosting bisa merasakan kehilangan atau kesedihan tiba-tiba, terutama jika baru pertama kali mengalami sebagai korban ghosting.PEXELS/RODNAE PRODUCTION Korban ghosting bisa merasakan kehilangan atau kesedihan tiba-tiba, terutama jika baru pertama kali mengalami sebagai korban ghosting.

Ghosting bisa berdampak pada psikologi seseorang yang di-ghosting.

Pelatih kencan dari Los Angeles, Bree Jenkins, LMFT menjelaskan, korban ghosting bisa merasakan kehilangan atau kesedihan tiba-tiba, terutama jika baru pertama kali mengalami sebagai korban ghosting.

"Kita akan terkejut, menyangkal, dan memikirkan hal-hal seperti "mungkin mereka cuma tidak baca chat saja", tapi kemudian kita merasa marah," ujarnya kepada Verywell Mind.

Kemudian, perasaan stres dan depresi akibat ghosting bisa berdampak pada tingkat kepercayaan diri seseorang ketika mereka memeriksa kembali hubungan dan percakapan terakhir bersama orang yang melakukan ghosting tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com