Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Detak Jantung Lambat Bisa Jadi Tanda Gangguan Kesehatan

Kompas.com - 22/09/2021, 15:26 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Tubuh tak pernah absen memberi tanda jika ada masalah dalam sistemnya, salah satunya melalui detak jantung.

Detak jantung yang lambat atau yang dikenal sebagai bradikardia biasanya terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. 

Menurut ahli jantung, Jose Baez-Escudero, MD, seiring bertambahnya usia, terkadang terjadi keausan pada sistem kelistrikan jantung. Akibatnya, ritme normal jantung cenderung melambat.

Kategori lambat adalah 60 denyut per menit (bpm) dan di bawahnya. Faktanya, orang dengan kondisi bradikardia memiliki detak jantung istirahat yang rendah di bawah 60, bahkan ketika bangun dan aktif beraktivitas.

Sementara, kisaran normal detak jantung adalah 60-100 bpm saat kita bangun.

Bagi kebanyakan orang muda, atlet yang sangat terlatih, dan orang yang berolahraga secara teratur, detak jantung yang rendah saat berolahraga — didefinisikan di bawah 60 bpm — adalah normal dan sehat.

Hal yang sama berlaku untuk tidur malam. Ketika kita tidur, detak jantung biasanya melambat hingga 40-60 bpm.

Baca juga: Jenis-jenis Hobi yang Bisa Turunkan Detak Jantung dan Stres

Penyebabnya detak jantung lambat

Ada berbagai macam hal yang dapat menyebabkan detak jantung kita melambat seperti berikut:

• Malfungsi jantung

Penyebab paling umum untuk bradikardia adalah kerusakan pada alat pacu jantung alami atau simpul sinus.

Simpul sinus akan mengontrol seberapa cepat ruang jantung atas dan bawah memompa darah ke seluruh tubuh.

Jika mengalami kerusakan, maka terjadilah malfungsi jantung, di mana jantung tidak dapat bekerja sesuai fungsinya.

Baca juga: Jantung Berdebar Ketika Bangun Tidur, Apa Sebabnya?

• AV block

Penyebab lain bradikardia adalah blok atrioventrikular (AV Block), di mana bilik atas dan bawah tidak berkomunikasi dengan baik, akibatnya detak jantung menurun.

"Ini seperti memiliki kabel listrik virtual di dalam jantung yang bisa memburuk seiring bertambahnya usia," kata Baez-Escudero.

"Obat-obatan umum yang digunakan pada populasi yang lebih tua juga sering membuat bradikardia lebih signifikan," lanjut dia.

• Pertambahan usia

Usia adalah faktor risiko paling umum terjadinya bradikardia. Kondisi ini paling sering terjadi pada pria dan wanita di atas usia 65 tahun.

• Memiliki penyakit atau kondisi tertentu

Penyakit atau kondisi lain juga dapat menyebabkan bradikardia di antaranya serangan jantung, infeksi bakteri dalam darah yang menyerang jantung, hingga peradangan otot jantung.

Dokter Baez-Escudero mengatakan bahwa kelainan jantung bawaan, diabetes atau tekanan darah tinggi yang berlangsung lama juga dapat membuat bradikardia lebih mungkin terjadi.

Baca juga: 18 Jenis Kelainan Jantung Bawaan

Gejala bradikardia

Sangat mungkin untuk memiliki detak jantung yang lambat dan tidak mengalami gejala.

Namun, jika kita memiliki gejala tetapi mengabaikannya, terkadang hal tersebut dapat menyebabkan masalah yang lebih serius.

Maka dari itu, konsultasikan dengan dokter jika kita mengalami beberapa gejala-gejala berikut ini beserta dengan penurunan detak jantung:

• Kekurangan energi atau lemas

• Stamina rendah

• Pusing

• Kelemahan

• Nyeri dada

• Kebingungan/masalah memori

• Jantung berdebar-debar

Baca juga: Kenali Detak Jantung saat Istirahat yang Sehat

Pentingnya memantau detak jantung

Jika kita khawatir tentang detak jantung yang rendah, konsultasikan dan lakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) untuk mengukur sinyal listrik di jantung dan monitor 24 jam.

Bradikardia bukanlah keadaan darurat yang butuh penanangan segera sehingga dokter punya waktu untuk melakukan pemeriksaan dan menentukan penanganan yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com