KOMPAS.com – Dalam mendidik anak agar berperilaku baik, orangtua biasanya memanfaatkan konsekuensi, baik itu positif, maupun negatif.
Misalnya, saat anak berbuat baik, orangtua akan memberi konsekuensi positif dalam bentuk pujian dan perhatian.
Sebaliknya, saat berperilaku buruk, seperti saat anak tidak mau mendengarkan perintah, maka dia akan mendapat konsekuensi negatif.
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention -sebuah lembaga Pemerintah Ameria Serikat untuk layanan kesehatan- konsekuensi negatif ternyata perlu diberikan pada anak.
Baca juga: 5 Tips Mengasuh Anak bersama Mantan Pasangan
Konsekuensi negatif tersebut berguna agar anak memahami bahwa perilaku tersebut tak boleh diulangi.
Namun, memberi konsekuensi negatif pun tak bisa sembarangan dan tidak bisa terlalu keras, yang lebih mirip hukuman.
Sebab, jika tidak seimbang, anak tidak akan memahami konsekuensi yang diterimanya, dan perilakunya pun tak akan berubah.
Nah, berikut ini, ada beberapa konsekuensi negatif yang bisa diterapkan oleh orangtua saat anak berperilaku buruk.
Kehilangan istimewa adalah salah satu konsekuensi yang paling sering dimanfaatkan orangtua.
Pasalnya, biasanya perilaku buruk anak sangat terkait dengan hal-hal yang disukainya, seperti screentime, mainan, atau sebuah acara.
Jadi, merebut hak-hak istimewa itu sementara akan menarik perhatian anak yang berperilaku kurang baik.
Menurut The Center for Parenting Education, saat orangtua merebut hak istimewa anak, itu harus digunakan sebagai alat pembelajaran.
Baca juga: Tips Mengasuh Anak buat Para Single Mom
Jadi, orangtua harus menjelaskan mengapa anak mendapatkannya, alih-alih dilakukan dengan marah atau terlalu emosional.
Jika orangtua merebut hak istimewa anak sambil marah-marah dan emosi, ada kemungkinan bahwa konsekuensi yang diberikan pada anak malah berubah menjadi sebuah hukuman.
Saat anak terlalu lelah, biasanya mereka tidak mampu memilih opsi yang baik.