Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batasi Gula, Garam, dan Lemak untuk Cegah Penyakit Kronis

Kompas.com - 23/09/2021, 16:21 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.comPenyakit tidak menular, terutama jantung, kanker, saluran pernapasan kronis, dan diabetes, menyebabkan lebih dari 80 persen kematian dini, yang mayoritas terjadi di negara berpendapatan rendah, termasuk Asia Tenggara.

Faktor risiko utama penyakit tidak menular (PTM) antara lain konsumsi tembakau, kurang aktivitas fisik, dan pola makan tak sehat.

Dijelaskan oleh dr.Hermina Novida Sp.PD, penyakit tidak menular bisa dicegah dengan mengubah pola hidup sehari-hari.

“Lakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, bisa dibagi jadi beberapa aktivtias yang masing-masing dilakukan 10 menit, misalnya 10 menit menari, 10 menit bersepeda, dan juga jalan kaki,” kata Hermina dalam acara webinar bertajuk Strategi Pengurangan Asupan Gula, Garam, Lemak untuk Menekan Risiko Penyakit Degeneratif yang diadakan Ajinomoto, beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, olahraga rutin akan memperbaiki resistensi insulin dan stres oksidatif, sehingga mampu mencegah PTM.

Baca juga: Lebih Sehat Olahraga 30 Menit atau Berjalan 10.000 Langkah Sehari?

Sementara itu, untuk nutrisi, kita perlu menghindari makanan cepat saji atau pun makanan kemasan beku karena bisa memicu resistensi insulin dan sindrom metabolik.

Ditambahkan oleh ahli gizi Annis Catur Adi, M.Si, konsumsi gula, garam dan lemak (GGL) bukan dilarang sama sekali, tetapi perlu dibatasi.

“Perlu dibatasi karena konsumsi GGL yang melebihi standar terbukti dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas, hipertensi, bahkan kanker,” kata Annis.

Batas konsumsi gula, garam, dan lemak yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 1 sendok teh, dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak).

Menurutnya, konsumsi GGL di Indonesia menyebar dan rata di seluruh provinsi. Namun, yang cukup menonjol adalah konsumsi garam di Indonesia melebihi standar, yaitu lebih dari 2.000 mg.

Tak bisa dipungkiri, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam membuat masakan memang banyak menggunakan bumbu dan rempah yang memiliki cita rasa tinggi, sedangkan dalam berbagai bumbu dan rempah itu juga sudah cukup banyak terkandung natrium.

“Cara yang sesuai jika masakan kita sudah banyak menggunakan berbagai bumbu rempah adalah dengan hanya manambahkan garam dapur dalam jumlah yang sedikit sekali,” kata dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ini.

Baca juga: Mengapa Terkadang Kita Sangat Menginginkan Makanan Manis dan Asin?

Annis mengatakan, banyak strategi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi konsumsi garam.

“Menurunkan jumlah gram dalam makanan ternyata sulit, karena rasanya jadi tidak enak. Salah satu caranya adalah subtitusi dengan MSG,” kata

Annis menyebut, masih banyak kesalahpahaman di masyarakat terkait konsumsi MSG. Padahal, MSG yang memberikan rasa umami dalam makanan ini aman digunakan.

“Sebagian masyarakat belum tahu bahwa bumbu umami dibuat dari bahan alami yang terseleksi dengan proses fermentasi. MSG ada efek samping kalau digunakan dalam jumlah besar,” katanya.

Baca juga: Pemerintah Temukan Penyakit Tidak Menular di Indonesia Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com