Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2021, 07:21 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Indonesia telah berhasil melewati gelombang kedua pandemi, namun kita tak boleh lengah karena badai pandemi belum berakhir. Bahkan, masyarakat diminta mengantisipasi gelombang tiga pandemi.

Di beberapa negara tetangga telah terjadi lonjakan kasus Covid-19, salah satunya Singapura yang penduduknya sangat disiplin dengan protokol kesehatan.

“Kondisi di Singapura seminggu terakhir kasusunya di atas 1.000. Ada peningkatan kasus, walau jumlah orang yang dirawat di rumah sakit tak lebih dari 1.000 dari kapasitas 15.000. bagi Singapura jumlah ini cukup besar,” kata Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo dalam Dialog Produktif Semangat Selasa Forum Merdeka Barat 9 KPCPEN Selasa (28/9/2021).

Pemerintah Singapura sendiri memprediksi penambahan 100 hingga 200 kasus per hari. Namun pada kenyataannya jauh lebih tinggi.

Padahal, menurut Suryo, tingkat kedisiplinan Prokes masyarakat sangat baik. Pemerintah juga menetapkan denda atau hukuman penjara bagi pelanggaran.

Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Potensi Gelombang Ketiga Covid-19 meski Tak Setinggi Puncak Kasus

Suryo mengemukakan, belajar dari lonjakan kasus di Singapura, diketahui bahwa masuknya varian baru akan sangat menyulitkan penanganan Covid-19. Karena itu, antisipasi dengan cara pengetatan pintu masuk merupakan langkah tepat untuk mencegah peningkatan kasus.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID19 Sonny Harry B Harmadi mengatakan jika upaya pembatasan pintu masuk sangat perlu dilakukan, disertai pengawasan jalur-jalur masuk ilegal ke Indonesia dan penguatan pengamanan perbatasan.

“Meski kinerja Covid-19 di Indonesia membaik, kita dikelilingi oleh negara-negara dengan lonjakan kasus. Karena itu perlu terus waspada dengan cara : meneruskan PPKM, meningkatkan testing, memperbaiki tracing, terus menerapkan protokol kesehatan,” kata Sonny.

Ia mengatakan, pemerintah sangat membatasi pintu masuk dan orang yang masuk ke Indonesia saat ini langsung dites PCR dengan hasil yang bisa diketahui dalam satu jam.

Baca juga: Epidemiolog: Puncak Gelombang Ketiga Covid-19 Mungkin Akhir Tahun 2021

Mengenai peningkatan mobilitas masyarakat, Sonny menyebutkan pembukaan kegiatan dilakukan dengan kehati-hatian sambil terus mendorong kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

“Memang ada peningkatan mobilitas, tapi sebelumnya diikuti dengan penurunan kepatuhan prokes. Tapi yang sekarang ini tidak. Harapannya perlahan aktivitas dibuka tapi minim risiko penularan,” paparnya.

Pakar epidemiologi Masdaline Pane mengatakan, sulit memprediksi akan adanya gelombang ketiga di akhir tahun.

“Epidemiologi biasanya memprediksi seminggu sebelumnya,” ujarnya.

Dari data yang ada, menurutnya setiap lonjakan kasus selalu ada yang melatar belakangi. Pada gelombang pertama, terjadi karena tracing yang masif dilakukan pemerintah. Sedangkan gelombang kedua terjadi karena serangan varian delta.

“Di kebanyakan negara saat ini, lonjakan biasanya turun setelah 8-14 minggu. Kemungkinan disebabkan oleh virus yang beradaptasi, virus melemah, atau kontribusi dari upaya intervensi yang dilakukan,” katanya.

Baca juga: Soal Penularan Covid-19 di Sekolah, Menkes: Itu Bukan Klaster

Dokter sekaligus Influencer Nadia Alaydrus menyatakan, munculnya gelombang ketiga di berbagai negara tersebut seharusnya menjadi perhatian dan menjadikan kita lebih waspada.

Hal yang sangat mungkin dilakukan oleh masyarakat, menurutnya, adalah memutus tali penularan dengan cara patuh protokol kesehatan, mengurangi mobilitas dan mendukung program-program pemerintah.

“Kita harus menyikapi pelonggaran dengan tetap dalam batasan. Sangat disayangkan kalau sampai lepas dan euforia. Ayo patuhi prokes, segera vaksinasi, dan jaga daya tahan tubuh,” ajak Nadia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com