Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali, Separation Anxiety pada Balita dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 29/09/2021, 16:34 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jika berpisah dengan orangtua membuat si kecil dipenuhi rasa ketakutan dan terus menangis, dia mungkin sedang mengalami gangguan kecemasan yang disebut sindrom separation anxiety.

Seorang psikoterapis dan penulis The Self-Aware Parent, Fran Walfish, PsyD, mengatakan, anak-anak yang sudah bisa berjalan, khususnya balita, memang dianggap sudah mandiri.

Tetapi, balita ternyata belum siap untuk berpisah sepenuhnya dengan orangtua.

Baca juga: Seberapa Efektif Buku Dongeng Berbahasa Asing pada Balita?

Kondisi itu muncul karena si anak mendambakan keakraban dan keamanan yang biasa diberikan orangtua.

Baik itu mengantar anak ke tempat penitipan, atau meninggalkannya di rumah bersama pengasuh, perpisahan bisa menjadi saat yang sulit bagi balita.

"Separation anxiety juga bisa menjadi tanda otonomi anak yang meningkat," kata Miranda Goodman-Wilson, asisten profesor psikologi di Eckerd College di St. Petersburg, Florida, AS.

"Di mana, anak punya pendapat sendiri tentang situasi itu — bahwa orangtua tidak boleh pergi — dan ingin mengendalikannya," sambung dia.

Pemicu separation anxiety

Hal-hal berikut ini mungkin bisa menjadi pemicu timbulnya separation anxiety pada anak-anak, terlebih balita.

• Mengucapkan selamat tinggal

Dokter Walfish mencatat, balita bekerja untuk mengembangkan lebih banyak penguasaan atas tubuhnya sendiri (berpikir, berlari, makan).

Nah, setiap tantangan baru yang dihadapi dapat menyebabkan stres. 

Akibatnya, balita merasa berkonflik karena jauh dari keamanan orangtua dan merasa perlu diyakinkan bahwa ketika pergi, orangtua pasti akan selalu kembali.

Baca juga: Kenapa Balita Senang Menggigit?

• Pertemuan besar

Pergi ke pertemuan besar juga bisa menimbulkan kecemasan bagi balita yang mungkin takut kehilangan orangtua di tengah keramaian.

• Saat mau tidur

Meninggalkan balita di kamarnya untuk tidur di siang atau malam hari dapat menimbulkan kecemasan, karena momen ini mungkin merupakan waktu terlama untuk menyendiri yang dialaminya.

Tanda-tanda separation anxiety

Seorang profesor pengembangan manusia di Messiah College di Grantham, Pennsylvania, AS Erin Boyd-Soisson, PhD, memberi pandangannya.

Dia mengungkapkan, separation anxiety umumnya terjadi ketika anak kita berusia 8-18 bulan.

Tanda-tanda yang muncul biasanya balita cenderung menempel, membuat ulah, atau melawan pengasuhnya dalam upaya meyakinkan orangtua untuk tidak pergi.

Mereka mungkin juga menunjukkan tanda-tanda ketakutan dan kegelisahan ketika orangtua berada di ruangan lain.

Kondisi serupa pun terjadi ketika anak ditinggalkan sendirian pada waktu tidur, atau diturunkan di tempat penitipan anak.

Namun, sikap balita yang rewel akan mereda dengan sendirinya setelah orangtua pergi atau tidak terlihat lagi.

"Kecemasan ini berfungsi untuk menjaga anak tetap dekat dengan orangtua, yang merupakan sumber cinta dan keamanan mereka," kata Dr Boyd-Soisson.

Baca juga: Posyandu Kini Bukan Cuma untuk Balita

Seiring bertambahnya usia anak, separation anxiety akan berkurang. Tetapi, perasaan serupa dapat muncul kembali untuk waktu yang singkat karena alasan lain.

"Ketika balita yang lebih tua atau anak-anak prasekolah sakit atau stres, separation anxiety dapat dipicu lagi," ungkap dia.

"Misalnya, kebanyakan anak usia dua tahun yang sudah lama berada di tempat penitipan baik-baik saja."

"Namun ketika mereka mulai sakit atau sedang stres, tidak jarang gangguan itu muncul lagi," lanjut dia.

Yakinlah, bahwa perilaku ini adalah bagian normal dari perkembangan anak dan akan hilang seiring waktu.

Setiap anak unik dan tidak ada kerangka waktu yang pasti kapan separation anxiety akan muncul atau menghilang.

Bahkan, mungkin perlu beberapa bulan agar kecemasan anak hilang. Jadi, bersiaplah untuk regresi, terutama ketika rutinitas berubah karena liburan, sakit, atau pindah.

Menjadi mengkhawatirkan

Meskipun mungkin sulit untuk mendengar tangisan anak, ketahuilah bahwa separation anxiety juga menunjukkan keterikatan yang sehat antara orangtua dan anak.

Kendati demikian, kita tetap harus mengawasi balita untuk melihat apakah kecemasan perpisahannya tampak ekstrem dan mulai mengkhawatirkan.

Seorang profesor psikologi di Albright College di Reading, Pennsylvania, Julia F. Heberle, PhD, menyarankan untuk menganalisis situasi seputar perasaan anak.

Apakah ada konflik orangtua, perceraian, atau sesuatu yang salah dengan tempat penitipan anak?

Jika demikian, gejala separation anxiety akan semakin kuat dan apabila balita menunjukkan gejala yang berlebihan.

Baca juga: Tips Kurangi Rasa Cemas dan Menikmati Perkembangan Balita

Misalnya, muntah atau kecemasan yang tak henti-hentinya. Dalam kondisi semacam itu, segeralah hubungi dokter.

Cara mengatasi separation anxiety

Separation anxiety pada balita dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Tetapi, ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya. Untuk itu, ikuti tips berikut ini yang dapat membantu menghilangkan gangguan kecemasan si kecil.

• Jaga agar perpisahan tetap singkat

Setiap kali kita meninggalkan si kecil, beri dia peringatan terlebih dahulu bahwa pengasuh akan datang atau kita akan mengantarnya dan kemudian buat perpisahan itu singkat.

"Jika kita bertindak cemas atau terus memeluknya, anak akan berpikir ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan."

Begitu kata psikolog anak di Children's Mercy Hospitals & Clinics, di Kansas City, Missouri, Vincent Barone, PhD.

Selain itu, hindari menyelinap keluar, yang dapat membuat anak khawatir kalau kita mungkin menghilang tanpa peringatan, dan mengakibatkan lebih banyak kecemasan.

Maka, cobalah untuk menyampaikan bahwa jeda waktu tersebut bersifat sementara, dan bukan merupakan alasan untuk khawatir.

• Kembangkan ritual sebelum pergi

Mengembangkan rutinitas yang sangat singkat sebelum pergi mungkin bisa mengatasi separation anxiety.

Misalnya, kita bisa mengatakan "Ibu akan kembali menjemputmu sepulang kerja, aku mencintaimu," lalu peluk si kecil dan pergi.

Dengan membangun ritual perpisahan yang sama setiap kali kita pergi, kita bisa menciptakan transisi perpisahan yang lebih baik bersama anak.

• Menyiapkan kegiatan

Mintalah pengasuh di rumah atau tempat penitipan untuk mempersiapkan suatu kegiatan segera setelah kita pergi.

Baca juga: Cara Mengasuh Balita dan Bayi Baru Lahir Tanpa Merasa Stres

"Membuat anak terlibat dalam permainan tepuk tangan atau mainan baru akan mengalihkan pikirannya dari kenyataan bahwa kita pergi."

Begitu kata penulis The No-Cry Separation Anxiety Solution, Elizabeth Pantley.

• Jangan menepis kecemasannya

"Cobalah untuk mengenali separation anxiety pada anak balita," kata pemilik Babygroup, Inc. di Santa Monica, California, Donna Holloran.

Kita bisa mengatakan, "Ibu tahu kamu akan bersenang-senang dengan pengasuh, tapi tidak apa-apa jika kamu merindukanku."

"Kamu bisa memberi tahu pengasuh bahwa kamu merindukan ibu, dan ibu yakin kamu akan mendapatkan pelukan."

• Perhatikan anak di pertemuan besar

Saat kita tiba di suatu acara dengan banyak orang, hindari membiarkan anak untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa kita.

"Si kecil mungkin akan menerima dipegang oleh seseorang, tetapi hanya beberapa menit kemudian dia memutuskan bahwa itu terlalu berlebihan," ujar Pantley.

Sebab, mendorongnya melampaui batasnya akan membuat situasi berikutnya lebih sulit.

Di samping itu, jangan stres jika kita akhirnya harus berada di sisi anak sepanjang waktu karena itu membantunya merasa nyaman di lingkungan sosial dengan jumlah orang yang banyak.

• Buat rutinitas waktu tidur yang menenangkan

Buat urutan acara santai sebelum tidur seperti mandi diikuti dengan membacakan sebuah cerita atau mendengarkan lagu.

Baca juga: Bahaya Memberikan Susu Kental Manis pada Balita

Ini akan membantu menenangkannya pada gagasan bahwa waktu tidur (dan waktu sendirian) akan datang.

Kita juga bisa memberikan kasih sayang pada balita dengan sentuhan dan menyalakan beberapa lagu yang menenangkan.

• Beri kebebasan setelah tidur siang

Jika anak bangun dari tidur siang dan dengan senang hati bermain di tempat tidurnya, jangan terburu-buru untuk membuatnya pergi dari tempat tidur.

"Biarkan balita memiliki kesempatan untuk mengalami bagaimana rasanya sendirian dan bersenang-senang," kata Pantley.

Menemukan dia nyaman dengan hal itu akan meningkatkan kepercayaan diri dan kemandiriannya, serta membantunya merasa lebih aman sendiri dalam jangka panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com