Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2021, 06:03 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kontrasepsi pria bisa menjadi solusi untuk mencegah terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).

Cara ini efektif, khususnya jika pihak wanita mengalami masalah kesehatan karena efek samping alat kontrasepsi yang digunakannya.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan banyak penduduk di Indonesia menghentikan penggunaan alat kontrasepsi di tengah prosesnya.

Alasan yang paling umum adalah perubahan pikiran karena ingin hamil lagi, dan efek samping alat kontrasepsi yang dipakai.

Baca juga: Salah Pakai Kondom Bisa Sebabkan Kehamilan, Ini 5 Tandanya

Terlebih lagi jika efek samping yang dirasakan memicu masalah kesehatan seperti mual dan sakit kepala.

Oleh sebab itu, pemerintah kini mendorong para pria untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pengaturan kehamilan.

Kampanye bertajuk “Pria Ber-KB Itu Keren” menganjurkan menggunakan kontrasepsi pria berupa kondom atau menjalani metode vasektomi untuk mencegah kehamilan.

Sejauh ini, pilihan kontrasepsi pria memang tergolong sangat sedikit dibandingkan wanita. Namun dua cara itu dinilai aman bagi kesehatan maupun praktis digunakan.

Kondom

Alat kontrasepsi pria berupa kondom sudah sangat dikenal oleh masyarakat luas.

Baca juga: Kondom Beraroma Berpotensi Ganggu Kadar pH Vagina

Metode ini bahkan bisa dibilang sebagai cara pencegahan kehamilan tertua karena digunakan sejak berabad-abad yang lalu.

Dikutip dari laman DKT -organisasi nirlaba yang fokus pada kesehatan reproduksi, disebut, kondom awalnya dibuat dari usus binatang.

Sejak tahun 1920, bahan bakunya berubah menjadi lateks dan berkembang menjadi poliuretan.

Kontrasepsi pria ini bekerja sebagai penghalang agar cairan mani tidak masuk ke liang vagina.

Dengan demikian, sperma tidak dapat membuahi sel telur sehingga mencegah terjadinya kehamilan.

Kondom juga dapat mencegah terjadinya Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti gonorrhea, sifilis, HIV, dan lain-lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com