Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenali Sifat Temperamental dan Cara Sehat Mengatasinya

Kompas.com - 04/10/2021, 18:57 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemarahan adalah emosi yang normal, dan pastinya pernah dialami oleh banyak orang di beberapa titik hidup mereka.

Apalagi, amarah memang perlu dirasakan sebagai salah satu bentuk perlindungan dari adanya kemungkinan ancaman.

Namun, jika kita sering mengalami tanda-tanda kemarahan, maka mungkin kita termasuk ke dalam tipe orang yang temperamental atau mudah marah.

Baca juga: 5 Tanda Kita Punya Masalah dalam Pengendalian Amarah

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut ini adalah beberapa tanda, dampak, dan strategi yang sehat dalam mengatasi sifat temperamental.

Tanda-tanda 

Ada banyak cara yang bisa dimengerti untuk mengekspresikan kemarahan.

Misalnya, berteriak, meremas benda-benda di sekitar, dan menangis pun bisa menjadi cara sehat untuk mengekspresikan kekesalan.

Tetapi, pada orang yang temperamental, kemarahan biasanya terlihat dalam keadaan yang hampir mendasar. Ketika ini terjadi, orang tersebut mungkin:

• Menjadi mudah tersinggung

• Mengalami sesak napas saat marah

• Pengelihatan menjadi kabur saat kesal

• Mengalami peningkatan tekanan darah

• Detak jantung yang berpacu cepat saat berhadapan dengan sumber kemarahan

"Sumbu yang pendek" biasanya terjadi dengan sedikit atau tanpa peringatan.

Terkadang, emosi ini juga dapat menyebabkan rasa malu bagi orang yang mengungkapkan kemarahannya.

Dampaknya pada kesejahteraan

Jika kita rentan terhadap kemarahan yang tidak dapat diprediksi dan tidak terkendali, perilaku ini dapat membuat kita berpeluang terhadap beberapa masalah sosial, fisik, dan bahkan psikologis.

Baca juga: 4 Pola Asuh Paling Bijak Menghadapi Anak Temperamental

Kesulitan-kesulitan ini dapat terwujud dalam hal-hal sebagai berikut ini.

• Masalah sosial dan hubungan

Ketika kita mudah marah, segala sesuatu hal, baik yang kecil maupun besar, dapat membuat kita marah.

Meskipun ada beberapa alasan masuk akal yang membuat kita marah, mungkin kita dapat menghindarinya dengan hanya memperingatkan orang lain.

Sebab, apabila kemarahan kita bermanifestasi di tempat umum, itu mungkin dapat memengaruhi masalah sosial dan hubungan kita.

Jika setelah beberapa ledakan kemarahan kita membuat teman, rekan kerja, atau kolega berhati-hati dan tampak gelisah saat berinteraksi, ini bisa jadi karena mereka takut memicu kemarahan kita.

Karena orang-orang sangat waspada terhadap emosi kita, kita mungkin tidak diberi kesempatan untuk dicintai sepenuhnya dan tanpa pamrih.

Masalah kesehatan fisik

Napas yang berat, kulit yang memerah, dan pembuluh darah yang berdenyut adalah beberapa dampak fisik karena kita mudah marah.

Di samping itu, ekspresi kemarahan kita juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik lainnya yang lebih kronis.

Menyebabkan hipertensi

Jika kita sering merasa mudah marah, pada akhirnya kita akan dibiarkan dalam keadaan di mana tekanan darah terus-menerus meningkat.

Faktanya, kemarahan sangat efektif untuk meningkatkan tekanan darah atau hipertensi.

Baca juga: Belajar Sabar saat Puasa, Ini Cara untuk Mengontrol Amarah

Itu bahkan dapat menghambat pekerjaan yang dilakukan tubuh untuk menurunkan tekanan darah saat kita tidur.

Selain hipertensi, kemarahan juga dapat menyebabkan peningkatan produksi katekolamin dan kortikosteroid yang berlebihan, sehingga dapat memengaruhi respons stres tubuh.

Perasaan mudah marah pun sering dikaitkan dengan penyebab gangguan ritme jantung dan masalah dengan pembuluh darah.

Efek ini bertanggung jawab atas hubungan umum antara kemarahan dan penyakit jantung koroner.

• Mengarahkan pada gaya hidup yang buruk

Mudah marah juga dapat memengaruhi gaya hidup kita. Jika kemarahan adalah fitur utama dalam gaya hidup kita, sifat negatif lainnya telah terbukti mengikuti.

Penelitian telah menunjukkan, kemarahan dapat mendorong gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, mengonsumsi kafein berlebih, makanan berkalori tinggi, atau mengonsumsi alkohol berlebihan.

Faktor risiko terjadinya bulimia

Model peran yang tidak sehat, citra tubuh yang menyimpang, dan anggota keluarga dengan kondisi bulimia diketahui sebagai penyebab utama bulimia.

Namun, ada peningkatan kemungkinan risiko gangguan makan ini jika seseorang sering mengungkapkan kemarahan.

Perasaan negatif yang berasal dari kemarahan dapat ditelusuri ke kebutuhan untuk makan berlebihan dan muntah sesudahnya.

Kecelakaan di jalan

Normal saja untuk marah karena ada pengemudi lain yang sembrono di jalan. Tapi, ketika emosi kita tidak dibarengi dengan sikap hati-hati itu akan berdampak buruk.

Penelitian menunjukkan, ada hubungan antara perilaku mudah marah dan kecelakaan di jalan.

Ini mungkin terjadi karena kita terlalu fokus pada perasaan marah, yang menyebabkan konsentrasi yang buruk saat mengemudi.

Dalam beberapa kasus, kemarahan dapat menimbulkan hilangnya kendali kendaraan, sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan.

• Menimbulkan kecemasan

Jika kita hidup dengan kecemasan, maka kita mungkin akrab dengan perasaan tidak nyaman, gemetar, napas cepat, dan lainnya yang cenderung terjadi dengan kondisi ini.

Namun, jika selain kecemasan kita terus-menerus kehilangan kesabaran karena peristiwa kecil maupun besar, ada kemungkinan kemarahan dan kecemasan saling berkaitan.

Baca juga: 11 Cara Sehat Melepaskan Amarah

Penelitian menunjukkan, perasaan marah yang intens dan sering diketahui terkait dengan gejala fisik kecemasan.

Cara mengatasinya

Kemarahan mungkin tampak tidak menarik setelah mengetahui potensi bahaya yang ditimbulkannya terhadap kesehatan fisik, sosial, dan mental kita.

Tetapi, emosi ini juga bagian penting dari kesejahteraan kita.

Namun, jika kemarahan sering diungkapkan, itu bisa terbukti berbahaya karena berbagai alasan.

Maka dari itu, belajar untuk mengatasi perasaan mudah marah menjadi sangat penting. Jadi, marilah kita lihat beberapa cara untuk dapat mengelola kemarahan kita.

Melakukan latihan yang positif

Ketika kita merasakan tanda-tanda kemarahan yang semakin meningkat, cobalah untuk fokus pada latihan yang positif seperti bernapas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

Mendukung pernapasan kita dengan kata-kata yang menenangkan juga dapat membantu mengendalikan amarah.

Baca juga: 6 Cara Mengendalikan Amarah di Tempat Kerja

Mengulangi latihan ini sampai kemarahan kita reda dapat membantu mencegah ledakan, serta hasil negatif yang menyertainya.

Mendapatkan dukungan dari orang tercinta

Menelepon orang yang kita cintai ketika kita akan kehilangan kendali atas emosi kita adalah cara yang sehat untuk mengatasi emosi tersebut.

Teman dan keluarga kita dapat bertindak sebagai kelompok pendukung, yang dapat menenangkan kita sampai hal terburuk berakhir.

Membuat jurnal tentang suasana hati 

Cara lain yang disarankan untuk mengatasi kemarahan dan mengenali seberapa sering kita menerima emosi ini adalah dengan membuat jurnal untuk melacak emosi kita.

Perhatikan pemicu yang mendorong kita untuk mudah marah, serta pikiran yang melintas di benak kita saat ini terjadi untuk memahami perasaan dengan lebih baik.

Baca juga: Yuk, Redam Amarah kepada Anak

Menemui terapis

Jika kita merasa bahwa emosi kita terlalu kuat dan tidak stabil untuk dikendalikan, mencari bimbingan profesional selalu merupakan cara yang baik untuk mengendalikan segala sesuatunya.

Seorang profesional kesehatan mental berlisensi dapat membantu kita mengenali dan mengendalikan pikiran negatif yang dapat memicu ledakan kemarahan.

Melalui terapi, kita juga dapat mempelajari berbagai cara untuk merespons pemicu kemarahan dengan lebih sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com