Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Beda Kerja Produktif dengan "Toxic Productivity"

Kompas.com - 08/10/2021, 13:25 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bekerja dari rumah membuat kebanyakan orang merasa memiliki lebih banyak waktu dan ingin mengisinya dengan kegiatan produktif. Misalnya saja ikut kursus bahasa asing, rapat secara marathon, hingga mengerjakan beberapa proyek.

Kita mengira, apa yang kita lakukan itu produktif. Padahal, ada batas yang jelas antara menjadi produktif dan produktivitas toksik (toxic productivity).

Namun, sayangnya, kita sering kali terjebak pada jenis produktivitas yang kedua. Lantas, bagaimana kita mengetahui tanda-tanda bahwa kita sedang mengalami toxic productivity?

Tanda-tanda toxic productivity

Pada umumnya, produktivitas toksik adalah istilah lain dari bekerja berlebihan, "workaholic", dan kata-kata lain yang menggambarkan kita terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.

Baca juga: 4 Kebiasaan Tak Produktif yang Bikin Kerja Lebih Produktif

"Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, kita mengalami burnout yang membahayakan kesehatan dan itu harus dihindari," kata psikolog dari aplikasi konsultasi psikologi online Riliv, Graheta Rara Purwasono, MPsi, dalam siaran pers, Jumat (8/10/2021).

Pada akhirnya, toxic productivity membuat kita tidak bisa menikmati waktu berkualitas bersama teman dan keluarga atau bahkan diri sendiri karena kita terlalu sibuk.

Agar kita terhindar dari produktivitas toksik, Graheta memberikan beberapa tips supaya kita bisa memiliki kehidupan yang lebih sehat dan seimbang seperti berikut ini.

1. Buat batasan yang jelas

Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiran kita, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya. Misalnya, beristirahat atau menghabiskan waktu bersama keluarga terkasih.

Nah, untuk itu, kita bisa menentukan batasan yang mengubah sudut pandang kita, dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup, yakni:

• Tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi istirahat.

• Harus memiliki waktu yang berkualitas dengan keluarga di minggu ini.

• Harus tidur cukup selama delapan jam setiap hari.

Baca juga: Kenali Hustle Culture, Gila Kerja yang Bisa Berujung Kematian

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

2. Terapkan professional detachment

Ini khusus buat kita yang meeting lima kali dalam sehari atau lebih. Ingat, ada yang lebih penting daripada pekerjaan dan itu adalah kesehatan fisik, serta mental kita sendiri.

Pahami bahwa menjadi pekerja bukanlah identitas kita satu-satunya. Predikat kita bukan hanya seorang pekerja, tetapi juga mungkin orangtua, pacar, teman, dan lain sebagainya.

Saat kita menerapkan "professional detachment", kita akan memperlakukan pekerjaan sebagai sesuatu yang akan kita tangani setelah menjalankan tanggung jawab lain di luar itu.

Baca juga: Kebiasaan Buruk yang Lahir Akibat WFH

3. Praktikkan mindfulness

Mindfulness dapat membantu kita berhubungan dengan dunia dengan cara yang lebih sehat.

Melalui mindfulness, kita juga akan lebih mudah untuk menyadari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiran. Hal itu bukan produktivitas toksik.

Kita dapat menerapkan mindfulness dengan melakukan meditasi. Caranya pun mudah dan praktis. Kita hanya perlu duduk diam, pejamkan mata, dan pikiran kita akan dijernihkan.

Pada intinya kita harus memahami bahwa produktivitas yang baik adalah produktivitas yang memberi kita waktu untuk beristirahat dan pada saat yang bersamaan mendorong kita untuk mencapai tujuan dengan cara yang lebih sehat.

Baca juga: Mindfulness, Kiat Tetap Asyik di Tengah Lingkungan Kerja yang Toxic

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com