Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Gejala Sepsis, Kondisi Medis yang Dialami Chicco Jerikho

Kompas.com - 11/10/2021, 19:44 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit sepsis mencuat jadi pembahasan publik pasca pengakuan Chicco Jerikho di media sosial Instagram.

Bintang film Filosofi Kopi mengaku nyaris kehilangan nyawanya akibat penyakit sepsis. Ia dilarikan ke rumah sakit pasca mengalami demam tinggi dan sesak napas sehingga harus dirawat di High Care Unit (HCU).

Pria berusia 37 tahun ini menjalani sejumlah pemeriksaan termasuk PCR, demam berdarah, jantung dan paru-paru. Namun hasilnya belum bisa menunjukkan diagnosa yang jelas soal penyakit yang membuat tubuhnya drop.

Kerja organ tubuhnya juga menurun sehingga ia harus ditopang dengan sejumlah alat bantu kesehatan.

Dalam unggahannya, suami Putri Marino ini menyebutkan detak jantungnya berada di bawah 50 kali per menit dan tekanan darahnya juga amat rendah hingga 60/40.

Baca juga: Sembuh dari Penyakit Misterius, Chicco Jerikho: Kayak Dapat Kesempatan Hidup Kedua

"Setelah dilakukan pengecekkan, dokter mendiagnosis ada infeksi virus (sepsis). itu yang bikin badan gue drop dalam waktu cepat sampe akhirnya harus dibawa ke rumah sakit," tulisnya pada caption foto dirinya yang terbaring di ruang perawatan.

Meski kondisinya sempat kritis, ia akhirnya dinyatakan sembuh. Proses penyembuhannya terbilang kilat karena ia selama ini menjalani hidup sehat dengan termasuk rutin berolahraga dan mengonsumsi multivitamin.

Namun ia mengaku sampai saat ini belum tahu apa yang menjadi penyebab penyakit sepsis yang dialaminya itu.

Apa itu sepsis?

Sepsis sebenarnya bukanlah penyakit melainkan kondisi medis darurat ketika tubuh mengalami komplikasi berbahaya dan mengancam jiwa.

Hal ini dipicu oleh respon tubuh kita terhadap infeksi, parasit, bakteri atau cidera yang dialami.

Situs Alodokter menyebutkan, penyakit sepsis dapat memicu tekanan darah turun drastis dan kerusakan berbagai organ. Sejumlah faktor itulah yang membuat penyakit sepsis berisiko menyebabkan kematian.

Sepsis berkembang ketika bahan kimia dilepaskan sistem kekebalan ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi yang menyebabkan peradangan di seluruh tubuh. Namun alih-alih mengobati, respon perlawanan ini kemudian tak terkendali sehingga malah merugikan tubuh kita sendiri.

Baca juga: Sepsis: Pengertian, Penyebab, dan Gejala

Penyebab sepsis

Sepsis terjadi karena kekebalan tubuh yang tidak terkendali terhadap infeksi atau ancaman lainnya. Oleh sebab itu, semua orang, tua maupun muda, memiliki risiko yang sama mengalami sepsis.

Meski demikian, ada kalangan yang lebih berisiko mengalami sepsis karena lebih rentan tertular infeksi pula. Misalnya saja anak kecil, orang lanjut usia, penderita penyakit kronis atau orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yag buruk.

Sepsis tidak didiagnosis berdasarkan infeksi itu sendiri melainkan gejala yang dialami.

Sejumlah gejala yang dirasakan misalnya demam tinggi, denyut jantung meningkat, sesak napas, disorientasi dan sejumlah keluhan lainnya.

Kondisi ini bisa berkembang menjadi lebih serius apabila mengalami sejumlah gejala sekalian. Selain itu, ada tanda kegagalan kerja organis termasuk sulit bernapas karena masalah paru, gangguan urine karena masalah ginjal, liver dan gangguan otak.

Sepsis yang tidak mendapatkan penanganan medis tepat bisa merusak organ vital seperti otak, jantung, dan ginjal. Kita dianjurkan untuk segera mendapatkan penanganan dokter apabila merasakan sejumlah gejala sepsis.

Baca juga: 6 Bahaya Sepsis yang Perlu Diwaspadai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com