Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2021, 11:46 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Mental breakdown adalah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan situasi stres di mana orang yang mengalaminya untuk sementara waktu kesulitan menjalani fungsinya secara normal dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Mayo Clinic, mental breatkdown atau nervous breakdown umumnya terjadi ketika tuntutan hidup terasa berlebihan, baik secara fisik maupun emosional.

Dulu, istilah ini sering digunakan untuk mencakup berbagai gangguan mental, tetapi saat ini tidak lagi digunakan oleh para profesional kesehatan mental.

Mental breakdown bukanlah istilah medis dan juga tidak merujuk pada penyakit mental tertentu. Meski begitu, mental breakdown bukanlah respons yang normal atau sehat terhadap stres.

Kondisi yang diyakini sebagian orang sebagai mental breakdown mungkin mengindikasikan masalah kesehatan mental mendasar yang membutuhkan perhatian, seperti depresi atau kecemasan.

Baca juga: Psychotic Break Vs Mental Breakdown, Apa Perbedaanya?

Gangguan kesehatan mental di masa pandemi

Efek domino pandemi Covid-19 juga berdampak nyata pada kesehatan mental. Situasi ini juga memicu mental breakdown pada sebagian orang.PIXABAY/WHOISMARGOT Efek domino pandemi Covid-19 juga berdampak nyata pada kesehatan mental. Situasi ini juga memicu mental breakdown pada sebagian orang.
Pandemi Covid-19 memasuki tahun kedua dengan adanya berbagai varian virus, termasuk varian yang dapat menyebar lebih cepat.

Efek domino pandemi Covid-19 juga berdampak nyata pada kesehatan mental. Situasi ini juga memicu mental breakdown pada sebagian orang.

Adapun menurut WebMD, beberapa pemicu mental breakdown antara lain tragedi mendadak, perubahan hidup yang besar, stres berkelanjutan di tempat kerja (burnout), kecemasan, depresi, pola tidur yang buruk, mengalami pelecehan, dan masalah finansial.

Melansir Nature, para peneliti di seluruh dunia terus menyelidiki penyebab dan dampak dari stres ini, dan beberapa peneliti khawatir bahwa penurunan kesehatan mental akan bertahan lama bahkan hingga setelah pandemi mereda.

Lebih dari 42 persen orang yang disurvei oleh Biro Sensus AS pada bulan Desember, misalnya, melaporkan gejala kecemasan atau depresi pada bulan Desember. Mereka mengalami peningkatan kecemasan atau depresi sekitar 11 persen dari tahun sebelumnya.

Data dari survei lain menunjukkan bahwa gambarannya serupa di seluruh dunia dan ini patut menjadi perhatian.

Baca juga: 5 Artis yang Alami Gangguan Kesehatan Mental dan Berjuang Sembuh

Ciri-ciri mental breakdown

Ciri-ciri mental breakdown tergantung pada masalah kesehatan yang mendasarinya dan bagaimana orang tersebut umumnya mengalami stres, termasuk mudah marah dan menangis.PIXABAY/VICTORIA_BORODINOVA Ciri-ciri mental breakdown tergantung pada masalah kesehatan yang mendasarinya dan bagaimana orang tersebut umumnya mengalami stres, termasuk mudah marah dan menangis.
Menurut Medical News Today, tidak ada ciri-ciri mental breakdown yang jelas, selain kesulitan atau ketidakmampuan untuk berfungsi "secara normal."

Apa yang memenuhi syarat sebagai berfungsi normal atau "berfungsi penuh" berbeda pada setiap orang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, sepert asal daerah, budaya, dan bahkan keluarga.

Ciri-ciri mental breakdown tergantung pada masalah kesehatan yang mendasarinya dan bagaimana orang tersebut umumnya mengalami stres.

Namun, berikut ini beberapa ciri-ciri mental breakdown yang mungkin dapat dikenali:

  • Merasa cemas, depresi, menangis, atau mudah tersinggung
  • Merasa lelah secara emosional dan fisik
  • Mengalami agitasi dan ketegangan otot
  • Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, insomnia
  • Memiliki rasa sakit dan nyeri umum yang tidak dapat dijelaskan
  • Gemetar dan gemetar
  • Merasa tidak berdaya, putus asa, dan memiliki harga diri yang rendah
  • Bergerak atau berbicara lebih lambat dari biasanya
  • Menarik diri atau menghindari situasi sosial rutin
  • Sering absen bekerja atau sekolah karena sakit, atau melewatkan janji
  • Mengabaikan atau lupa makan, atau mandi
  • Kurang motivasi dan minat
  • Mengalami kesulitan bergaul dengan atau menoleransi orang lain
  • Kehilangan minat pada seks
  • Mengalami kesulitan berpikir, fokus, atau mengingat
  • Memiliki indikasi fisik dari respons fight-or-flight ketika sebetulnya tidak ada ancaman, seperti mulut kering dan berkeringat
  • Memiliki gejala kardiovaskular, seperti detak jantung yang cepat atau tidak teratur
  • Mengalami infeksi yang lebih sering, karena stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
  • Mengalami perubahan nafsu makan dan berat badan
  • Mengalami gejala gastrointestinal
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau berpikir untuk melukai diri sendiri

Beberapa orang juga mungkin mengalami ciri-ciri mental breakdown seperti psikosis, yang mungkin melibatkan halusinasi, paranoia, delusi, dan kurangnya wawasan.

Baca juga: 12 Cara Menghilangkan Stres, Demi Kesehatan Mental yang Lebih Baik

Cara mengatasi mental breakdown

Jika mulai merasakan mental breakdown atau stres yang berlebihan, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Mereka mungkin akan menganjurkan untuk pergi ke psikolog atau psikiater.PIXABAY/CKSTOCKPHOTO Jika mulai merasakan mental breakdown atau stres yang berlebihan, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Mereka mungkin akan menganjurkan untuk pergi ke psikolog atau psikiater.
Jika mulai merasakan mental breakdown atau stres yang berlebihan, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Mereka mungkin akan menganjurkan untuk pergi ke psikolog atau psikiater. Dokter juga mungkin memberikan pengobatan gejala fisik.

Cara mengatasi mental breakdown dapat bervariasi pada setiap individu. Mendiskusikannya dengan profesional tentu menjadi langkah yang paling tepat. Namun, beberapa perawatan umum meliputi:

1. Perubahan gaya hidup

Kelelahan mental adalah ciri umum dari mental breakdown.

Bagi sebagian orang, istirahat dan menghilangkan stres bisa menjadi pengobatan rumahan yang efektif.

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan dapat mencakup hal-hal seperti:

  • Mengurangi jumlah kewajiban harian
  • Membangun jadwal yang konsisten untuk aktivitas seperti bangun dan tidur, makan, dan olahraga
  • Berjalan-jalan atau memulai rutinitas olahraga
  • Mengonsumsi makanan yang sehat
  • Beristirahat saat membutuhkannya
  • Meditasi
  • Menghabiskan waktu di alam
  • Mengurangi asupan kafein dan alkohol

Berbicara dengan teman, keluarga atau pasangan terkadang juga bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan ketika mengalami mental breakdown.

Baca juga: 9 Manfaat Bersyukur untuk Kesehatan

2. Pengobatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat antidepresan atau anti-kecemasan untuk membantu mengatasi gejala yang menyertai mental breakdown.

Jika kondisi stres menyebabkan insomnia, dokter juga mungkin akan meresepkan obat tidur.

Gangguan tidur dapat memperburuk stres dan kecemasan, yang hanya akan memperburuk insomnia.

Penggunaan alat bantu tidur dapat membantu memutus siklus sulit tidur sekaligus membantu mengurangi stres.

Baca juga: Periksa Kesehatan Mental, Pilih Psikolog atau Psikiater?

3. Psikoterapi

Psikoterapi juga dikenal sebagai "terapi bicara", yang dilakukan untuk membantu mengatasi gejala yang dirasakan ketika mengalami mental breakdown.

Berbicara dengan profesional dapat membantu memproses pikiran dan menciptakan solusi untuk mengurangi stres dan kecemasan.

Baca juga: Menulis Jurnal Harian Sebagai Terapi Emosi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com