Rata-rata produsen merancang gel silikon agar tidak berpindah posisi jika implan pecah, sehingga kita jarang menyadari jika ada masalah pada implan, jelas Schwarz.
Food & Drug Administration merekomendasikan pencitraan medis untuk memeriksa implan mulai dari lima tahun dan setiap dua tahun sesudah pemasangan implan.
Baca juga: Awas, Implan Pembesar Payudara Bisa Memicu Kanker
3. Memerlukan operasi tambahan
Seiring bertambahnya usia, anatomi tubuh kita berubah. Jika kita memiliki anak, ukuran dan bentuk payudara bisa berubah, dan implan bisa bergeser.
Beberapa wanita bisa jadi mengembangkan jaringan parut yang lebih tebal yang mulai membungkus implan.
Dalam kasus tersebut, kita memerlukan pembedahan untuk penggantian atau revisi implan.
4. Bisa tetap menyusui
Memiliki implan payudara tidak menghilangkan kemampuan wanita untuk menyusui.
Tidak ada bukti bahwa menyusui tidak aman untuk ibu atau bayi dengan adanya implan payudara.
Namun, ada kondisi di mana wanita yang menjalani mastektomi dan rekonstruksi payudara implan tidak dapat menyusui karena saluran susu di jaringan payudara diangkat.
5. Ukuran terbatas
Implan payudara tidak selalu sebesar yang kita inginkan.
Ukuran tulang rusuk, ketebalan, dan elastisitas kulit memengaruhi ukuran implan payudara.
Semakin elastis kulit kita, semakin besar kemampuan kita untuk memiliki ukuran implan payudara yang besar tanpa adanya stretch mark.
Tetapi, perlu diingat, implan yang lebih besar sering kali memerlukan operasi perbaikan.
Baca juga: 8 Kebiasaan yang Baik untuk Kesehatan Payudara, Apa Saja?