1. Penurunan berat badan
Satu studi yang melibatkan 150 peserta selama 50 minggu menunjukkan diet intermiten sama efektifnya dengan diet yang membatasi kalori.
Penelitian lain menyimpulkan diet intermiten akan membantu menurunkan berat badan dalam jangka pendek.
Baca juga: Seefektif Apa Puasa Intermiten Turunkan Berat Badan?
2. Kesehatan jantung
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan manfaat potensial diet intermiten untuk kesehatan jantung. Sebab diet ini bisa membantu mengatur kadar glukosa darah dan panel lipid (kolesterol dan lemak darah lain).
Sebuah studi kecil yang dilakukan selama 12 minggu mengungkap penurunan lingkar pinggang dan lemak visceral pada orang dengan sindrom metabolik.
Selain itu, penelitian kecil jangka pendek menemukan bahwa setelah pemberian makan terbatas delapan jam, terdapat sedikit penurunan tekanan darah sistolik pada subyek yang mengalami obesitas.
Baca juga: Jauhi Gorengan, Ini Camilan Terbaik untuk Menurunkan Kolesterol
3. Peradangan
Peradangan kronis dikaitkan dengan masalah kesehatan termasuk demensia, diabetes, stroke, dan penyakit jantung, kata Cohen.
Penelitian pada tikus membuktikan periode puasa singkat (24 jam) menunjukkan pengurangan penanda inflamasi.
Di sisi lain, penelitian kecil yang melibatkan manusia menunjukkan diet intermiten mengurangi tingkat faktor pro-inflamasi seperti homosistein dan protein reaktif C yang berkontribusi pada perkembangan plak di arteri.
4. Kekebalan
Dari sejumlah penelitian, ditemukan diet intermiten menginduksi proses autophagy yang berperan dalam fungsi sistem kekebalan, termasuk kelangsungan hidup sel, pertahanan sel, dan regulasi respons imun.
Autophagy diperlukan untuk produksi sel T dan kelangsungan hidup dalam melawan infeksi bakteri dan virus.
Baca juga: 5 Cara Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Anak
5. Memperpanjang usia
Dikatakan Kelly, penelitian membuktikan diet intermiten dapat memengaruhi ritme sirkadian untuk meningkatkan umur panjang individu.
Ritme sirkadian memengaruhi fungsi fisiologis seperti tidur dan metabolisme, yang diatur oleh gen clock (clock genes).
Gen ini dapat terganggu akibat usia, penyakit, dan faktor lingkungan seperti pola makan yang buruk dan stres.
Penelitian menunjukkan bahwa diet intermiten dapat mengoptimalkan dan "mengatur ulang" gen ini.