"Dua data ini yang mendorong kita untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka," ujar Sri.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Begini Tips Memilih Masker yang Tepat untuk Anak
Tingkat putus sekolah di satuan pendidikan sebesar 1,12 persen dengan perbedaan signifikan antara Indonesia bagian barat dan timur.
"Angka ini 10 kali lipat dari angka putus sekolah khususnya untuk jenjang sekolah dasar tahun 2019," kata dia.
Di masa pandemi ini, ada peningkatan potensi anak putus sekolah yang didominasi oleh keluarga yang tidak mampu secara ekonomi.
Lebih lanjut Sri menjelaskan, berdasarkan analisis Bank Dunia, sebanyak 118.000 anak sekolah dasar tidak bersekolah di masa pandemi.
Angka ini lima kali lipat dari jumlah anak yang putus sekolah dasar di tahun 2019. "Kebijakan belajar dari rumah dimaknai berbeda oleh banyak pihak," kata Sri.
"Dampak atau efek pembelajaran saat pandemi sangat minimal atau tidak ada, karena kurangnya dukungan dan latar belakang pendidikan orangtua dalam pembelajaran."
"Sekalipun anak-anak sudah diberikan kebijakan pembelajaran dari rumah, satuan pendidikan di berbagai daerah tidak semuanya bisa memfasilitasi pembelajaran dari rumah dengan baik," tegas dia.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka Bisa Kurangi Kecanduan Gawai pada Anak
Sri mencatat pentingnya orangtua dan guru untuk bekerja sama dalam memfasilitasi pembelajaran anak.
Namun karena banyak persoalan, dari sisi sarana, kemampuan dan teknologi yang dimiliki keluarga maupun sekolah, pelaksanaan pembelajaran dari rumah tidaklah mudah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.