Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Burnout, Penyebab, dan Cara Menanganinya

Kompas.com - 15/10/2021, 06:04 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Lalu, tanda-tanda burnout pun akan semakin kuat ketika kita menunjukkan beberapa gejala. Misalnya depersonalisasi atau kehilangan realitas diri. Bisa saja, kita menjadi sangat sinis, dan menunjukkan sikap negatif.

Seseorang yang burnout juga bisa mengalami detachment atau mulai tumbuh perasaan negatif terhadap apa yang kita sukai, misalnya pekerjaan.

Dan jika dibiarkan, pada akhirnya produktivitas pun akan turun, membuat kita bukan hanya kehilangan realitas diri, tapi benar-benar “lepas” dari apa yang kita lakukan.

Baca juga: Jangan Sepelekan, Kenali Burnout karena Pekerjaan dan Pencegahannya

Apa yang harus dilakukan saat burnout?

Wantja berpendapat bahwa hal terpenting yang harus dilakukan saat burnout adalah mengetahui batasan diri sendiri.

Misalnya yang sistematik, dengan situasi terjebak di kantor dengan kultur kerja yang toxic dan gaji rendah. Menurut Wantja, jika sudah tak tahan, resign saja.

“Kalau merasa sudah waktunya cabut, ya cabut saja. Kalau penyebabnya sistematik, ya pertimbangkan untuk meninggalkan sistem itu. Ingat, nggak semua tempat cocok untuk semua orang. Ketika memang lingkungan nggak nyaman, consider to leave (pertimbangkan untuk resign),” ujarnya.

“Walau kadang hidup nggak bisa milih, saat ada yang biisa diusahakan, usahakan untuk diri kamu sendiri,” tambahnya.

Wantja juga mengatakan bahwa meski sulit, kita perlu mengenali penyebab burnout, apakah itu dari diri sendiri yang memang terlalu memaksakan diri, atau karena sistem itu tadi.

“Lalu ketika dirasa udah ganggu banget, sebaiknya ke profesional. Sebab, meski burnout bukan gangguan mental, bisa memicu gangguan jika dibiarkan,” kata dia.

“Bisa juga dengan mencari bantuan ke teman untuk cerita. Itu juga bagus ya, gibah untuk mencari solusi, asal sesuai fakta, jangan ditambah bumbu-bumbu fitnah. Atau coba istirahat dulu sejenak saat merasa sudah terlalu lelah dan tidak produktif,” tambahnya.

Wantja sendiri mengatakan bahwa dirinya sering mengambil waktu untuk diri sendiri kalau merasa sudah tak efektif dalam pekerjaan.

Baca juga: 5 Cara Mengatasi Burnout Saat Bekerja di Masa Pandemi

Bagaimana menolong orang yang burnout?

Menurut Wantja, beberapa orang yang burnout mungkin akan bercerita pada kita. Karena itu, yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendengar yang baik.

“Ada baiknya kita mendengarkan tanpa menjeda. Jangan sampai dia terdistraksi dan kita juga nggak boleh lost focus. Lalu ketika sudah selesai cerita, jangan judging. Sebaiknya tanya kembali, perasaan dia seperti apa saat burnout itu? Coba gali informasi lebih dalam, baru tanya mau dibantu atau tidak,” katanya.

Namun perlu diingat, kita hanya boleh “membantu” bukan menyelesaikan masalah teman yang mengalami burnout. Sebab, menyelesaikan masalah tak akan membuat orang lain berkembang.

Lalu, jika tidak bisa membantu atau mendengarkan, jujurlah dari awal.

“Jangan jadi PHP (pemberi harapan palsu). Kalau malas atau tidak bisa, jujur saja, asal baik-baik bilangnya,” ujar Wantja.

 Baca juga: 8 Cara Mengatasi Burnout, Tak Selalu Berhenti Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com