Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2021, 05:47 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Eat This

KOMPAS.com - Kebanyakan orang menganggap demensia adalah kondisi yang sulit dihindari ketika seseorang mulai menua. Namun, ternyata pemahaman ini tidaklah tepat.

Demensia bukanlah penyakit spesifik, melainkan istilah untuk menggambarkan gangguan memori dan fungsi otak yang terkadang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.

Ada beragam faktor yang dapat menyebabkan individu berisiko mengalami demensia, antara lain, faktor genetik (turunan), usia, pola makan, dan juga gaya hidup.

Baca juga: Hipertensi pada Anak Muda Bisa Sebabkan Demensia di Kemudian Hari

Faktor usia dan genetik memang tidak dapat diubah atau dikendalikan, namun setidaknya kita bisa fokus untuk memperbaiki pola makan.

Pada bagian ini, ternyata ada asupan makanan tertentu yang berpotensi meningkatkan risiko demensia dan gangguan kognitif.

Sebagai contoh, salah satu makanan terburuk yang mampu memicu demensia adalah karbohidrat olahan.

Baca juga: 5 Cara Sederhana Mencegah Demensia

Pasalnya karbohidrat olahan erat kaitannya dengan peningkatan kadar glukosa dalam tubuh.

Ketika kita mengonsumsi karbohidrat, tubuh akan memproses karbohidrat menjadi gula.

Gula mengenai aliran darah, yang kemudian disebut sebagai kadar gula darah atau kadar glukosa.

Karbohidrat diproses oleh tubuh pada kecepatan yang berbeda.

Baca juga: 5 Tanda Awal Terkena Demensia

Nah, karbohidrat olahan --seperti roti tawar-- dicerna jauh lebih cepat di tubuh dan meningkatkan kadar gula darah pada level yang lebih cepat.

Fluktuasi kadar gula darah inilah yang dapat menyebabkan masalah kesehatan, termasuk salah satu faktor risiko utama demensia, yaitu diabetes tipe 2.

Sebuah studi yang dimuat dalam The New England Journal of Medicine menyelidiki risiko demensia pada orang yang menderita diabetes, dan mereka yang tidak mengidap penyakit tersebut.

Hasilnya, risiko para responden meningkat secara signifikan di saat mereka memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi di dalam tubuh.

Baca juga: Penderita Demensia Dunia Diperkirakan Naik 40 Persen pada 2030

Temuan ini menunjukkan, terlalu banyak kandungan gula dalam makanan dapat berdampak negatif pada kesehatan otak, meski kita tidak menderita diabetes.

Halaman:
Sumber Eat This
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com