KOMPAS.com - Banyak yang beranggapan bahwa risiko asam urat hanya dialami oleh orang yang mengalami obesitas. Apakah anggapan itu benar?
Obesitas memang meningkatkan risiko asam urat. Namun, orang yang tidak mengalami obesitas juga tetap memiliki kemungkinan terkena penyakit ini.
Sebelumnya, pahami dulu apa itu asam urat.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), penyakit asam urat adalah bentuk umum radang sendi yang terasa sangat menyakitkan. Asam urat memengaruhi satu sendi pada satu waktu, seringkali sendi jempol kaki tetapi juga bisa di sendi lainnya.
Gejala pada sendi yang terkena termasuk nyeri intens, pembengkakan, kemerahan, dan panas.
Menurut Cleveland Clinic, penyakit asam urat yang tidak terobati dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen. Hal ini juga terkait dengan kondisi komorbiditas yang serius, seperti penyakit jantung dan penyakit ginjal.
Baca juga: 7 Gejala Asam Urat yang Tak Boleh Diabaikan
Jawabannya, semua orang dengan berbagai ukuran tubuh bisa mengembangkan penyakit asam urat.
Namun, menurut penelitian yang dipublikasikan di The Rheumatologist, kadar asam urat cenderung lebih tinggi pada orang yang kelebihan berat badan, yang mana dapat meningkatkan risiko asam urat.
Namun, berat badan bukan satu-satunya faktor risiko asam urat.
Creaky Joints menuliskan, faktor risiko asam urat lainnya termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal. Faktor genetik juga memiliki peran besar terhadap pengembangan penyakit asam urat.
Faktanya, faktor genetik mungkin lebih signifikan memengaruhi risiko penyakit asam urat seseorang daripada berat badan.
Baca juga: Asam Urat Tinggi, Apa Saja Makanan yang Harus Dihindari?
Obat asam urat terdiri dari obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, steroid, dan obat antiinflamasi colchicine.
Membuat perubahan pada pola makan dan gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, membatasi alkohol, makan lebih sedikit makanan tinggi purin, seperti daging merah atau daging organ, dapat membantu mencegah serangan asam urat di masa depan. Mengubah atau menghentikan obat terkait hiperurisemia juga bisa membantu.
Tophi adalah endapan asam urat yang keras di bawah kulit. Untuk orang yang sering mengalami serangan asam urat akut atau kronis, dokter dapat merekomendasikan terapi pencegahan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah menggunakan obat-obatan seperti allopurinol, febuxostat, dan pegloticase.
Selain perawatan medis, kita bisa melakukan upaya seperti menjalani pola hidup sehat untuk mengurangi rasa sakit dan kecacatan, sehingga kita bisa melakukan aktivitas dengan normal.
Baca juga: Berapa Kadar Asam Urat yang Disebut Normal?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.