Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Mutasi Covid-19 Varian Delta, Ketahui Fakta Pentingnya

Kompas.com - 22/10/2021, 15:19 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sosialnya namun pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir.

Kita masih harus tetap waspada dan menjaga diri agar terhindari dari infeksi virus mematikan ini. Terlebih lagi, varian baru dari mutasi Covid-19 baru saja ditemukan di Inggris.

Mutasi alias turunan atau subtipe varian delta ini secara resmi dikenal dengan nama AY.4.2. Namun, banyak orang menjulukinya dengan nama varian delta plus yang baru, agar lebih mudah diingat.

Pejabat kesehatan pemerintah Inggris mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah mutasi tersebut menimbulkan risiko lebih besar bagi kesehatan masyarakat. Khususnya dibandingkan varian delta yang jauh lebih cepat menular dibandingkan jenis Covid-19 asli.

Hanya saja, mutasi baru ini telah menyumbang sekitar enam persen peningkatan kasus Covid-19 di Inggris saat ini. Hal ini membuat otoritas negara tersebut mulai melakukan pemantauan secara ketat untuk memastikan kondisinya.

Baca juga: Bertambah 865, Kasus Varian Delta di Indonesia Jadi 4.025

Fakta penting mutasi covid-19 terbaru

Badan Keamanan Kesehatan Inggris belum lama ini merilis laporan yang menyatakan sublineage delta yang baru ditunjuk sebagai AY.4.2 terdokumentasi berkembang di negaranya.

Otoritas tersebut tengah memantau subtipe, yang mencakup mutasi pada protein lonjakan (A222V dan Y145H) yang digunakan virus corona untuk memasuki sel kita.

Mutasi AY.4.2 sedang diidentifikasi dalam peningkatan jumlah kasus Covid-19 di negara Ratu Elizabeth itu. Hal ini diprediksi bisa menjadi faktor dalam krisis kesehatan negara tersebut sehingga sejumlah pakar mulai menyerukan pembatasan Covid diterapkan kembali.

Meski demikian, varian AY.4.2 belum diklasifikasikan sebagai "varian yang sedang diselidiki" atau "varian yang menjadi perhatian" oleh WHO. Artinya, varian ini belum diidentifikasi memiliki perubahan genetik yang diharapkan untuk mempengaruhi karakteristik virus seperti penularan, keparahan penyakit, pelarian kekebalan, pelarian diagnostik atau terapeutik.

Mutasi baru ini juga belum dikonfirmasi dapat menyebabkan transmisi komunitas yang signifikan atau beberapa klaster Covid-19.

Baca juga: Keturunan Varian Delta, Ilmuwan Mulai Lacak Penyebarannya di Inggris

Hanya saja, selalu ada kemungkinan jika mutasi ini dapat menyebar khususnya pada golongan yang belum divaksin.

Dikutip dari laman CNBC, sebagian besar penduduk dunia belum divaksinasi sedangkan sejumlah negara maju mendapati kekebalan terhadap Covid berkurang sekitar enam bulan setelah divaksinasi penuh.

Varian yang lebih menular dapat merusak kemanjuran vaksin lebih jauh, meskipun belum ada indikasi bahwa kasus tersebut terjadi pada subtipe AY.4.2.

Pengaruh mutasi Covid-19 baru pada dunia

Andrew Pollard, kepala Grup Vaksin Oxford, yang mengembangkan vaksin AstraZeneca-Oxford, mengatakan subvarian delta tidak akan mengubah kondisi pandemi saat ini.

"Penemuan varian baru tentu saja penting untuk dipantau, tetapi itu tidak menunjukkan bahwa varian baru akan menjadi yang berikutnya menggantikan delta," kata Pollard.

Sementara itu, profesor imunologi di Imperial College London, Danny Altmann, mengatakan subtipe baru ini perlu dipantau dan, sejauh mungkin, dikontrol dengan hati-hati.

Baca juga: Kasus Penularan Terus Turun, Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif

“Karena delta sekarang telah menjadi mutan dominan di beberapa wilayah selama sekitar enam bulan dan tidak digantikan oleh varian lain," terangnya. Harapannya adalah varian delta mungkin mewakili kinerja mutasi puncak yang dapat dicapai oleh virus Corona.

Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya untuk terus waspada dan menjaga diri dari infeksi virus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com