KOMPAS.com - Fobia sering kali dianggap sama dengan rasa takut. Padahal keduanya sangat berbeda.
Bahkan, fobia bisa menimbulkan gejala kecemasan yang mengganggu kondisi mental seseorang.
Lantas, apa perbedaan takut dan fobia yang berhubungan dengan kesehatan mental?
Menurut psikolog klinis sekaligus kepala psikologi di Montefiore Medical Center dan Albert Einstein College of Medicine, Simon Rego, fobia adalah reaksi ketakutan yang lebih ekstrem, instan, dan konstan terhadap suatu pemicu.
Dia juga mengatakan bahwa fobia yang paling sering dialami oleh orang-orang adalah fobia terhadap ketinggian, hewan, serangga, jarum, dan situasi seperti melintasi jembatan, naik lift, atau terbang.
Dalam kasus fobia, pemicunya hampir selalu menimbulkan ketakutan atau kecemasa, yang sering kali mendorong orang tersebut melakukan apa saja untuk secara aktif menghindari kontak dengan pemicunya.
"Hal penting yang perlu diperhatikan, ketakutan atau kecemasan karena fobia umumnya tidak sebanding dengan bahaya aktual yang ditimbulkan oleh objek atau situasi," ucapnya.
Untuk menentukan apakah ketakutan yang kita rasakan sudah sampai tingkat fobia. Menurut Rego, gejalanya bertahan minimal enam bulan.
Selain itu, mempertimbangkan seberapa besar dampak rasa takut yang dihadapi terhadap hidup kita juga menentukan apakah kita fobia terhadap sesuatu.
"Kita juga perlu melihat apakah ketakutan atau penghindaran tersebut menyebabkan tekanan signifikan maupun gangguan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi secara sosial, di tempat kerja atau sekolah," catat Rego.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.