KOMPAS.com - Dispepsia atau maag adalah salah satu penyakit lambung yang menunjukkan beberapa gejala seperti perih di ulu hati, perut kembung, mual, sering sendawa, dan sebagainya.
Banyak orang mengira bahwa maag adalah penyakit yang diturunkan dari orangtua atau bersifat genetik.
Namun, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengatakan bahwa penyebab sakit maag biasanya adalah pola makan yang tidak baik, bukan karena turunan.
"Mungkin jika pola makan dalam satu keluarga, katakanlah, orangtua tidak baik, maka itu dapat memengaruhi anak-anak juga," terangnya dalam seminar awam melalui aplikasi Zoom, Sabtu (23/10/2021).
Lebih lanjut, Ari menjelaskan bahwa penyebab sakit maag sering kambuh adalah kebiasaan mengonsumsi makanan asin, pedas, dan asam secara berlebihan.
Selain karena pola makan, Dr Ari juga mengungkapkan bahwa maag rentan dialami oleh orang-orang yang sering merasa stres dan orang-orang yang banyak mengonsumsi obat-obatan untuk rematik.
Apalagi, khususnya rasa stres, dapat berpengaruh kesehatan pencernaan secara keseluruhan.
"Sakit maag itu berhubungan dengan otak kita. Jadi, kalau kita merasa marah, kesal, dan stres itu akan menyebabkan penumpukan gas yang berlebihan di dalam lambung," jelasnya.
Baca juga: Ini 6 Makanan untuk Penderita Maag yang Aman Dikonsumsi
Menurut Dr Ari, para dokter juga akan melakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat saluran cerna bagian atas pasien agar bisa memastikan penyakit yang diderita baik itu maag atau gangguan lambung lainnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.