Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan karena Keturunan, Ini Sederet Penyebab Sakit Maag

Kompas.com - 23/10/2021, 21:39 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dispepsia atau maag adalah salah satu penyakit lambung yang menunjukkan beberapa gejala seperti perih di ulu hati, perut kembung, mual, sering sendawa, dan sebagainya.

Banyak orang mengira bahwa maag adalah penyakit yang diturunkan dari orangtua atau bersifat genetik.

Namun, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengatakan bahwa penyebab sakit maag biasanya adalah pola makan yang tidak baik, bukan karena turunan.

"Mungkin jika pola makan dalam satu keluarga, katakanlah, orangtua tidak baik, maka itu dapat memengaruhi anak-anak juga," terangnya dalam seminar awam melalui aplikasi Zoom, Sabtu (23/10/2021).

 

Lebih lanjut, Ari menjelaskan bahwa penyebab sakit maag sering kambuh adalah kebiasaan mengonsumsi makanan asin, pedas, dan asam secara berlebihan.

Selain karena pola makan, Dr Ari juga mengungkapkan bahwa maag rentan dialami oleh orang-orang yang sering merasa stres dan orang-orang yang banyak mengonsumsi obat-obatan untuk rematik.

Apalagi, khususnya rasa stres, dapat berpengaruh kesehatan pencernaan secara keseluruhan.

"Sakit maag itu berhubungan dengan otak kita. Jadi, kalau kita merasa marah, kesal, dan stres itu akan menyebabkan penumpukan gas yang berlebihan di dalam lambung," jelasnya.

Baca juga: Ini 6 Makanan untuk Penderita Maag yang Aman Dikonsumsi

Melakukan pemeriksaan

Melakukan pemeriksaan ke dokter penyakit dalam adalah langkah utama dalam menangani permasalahan sakit maag, terlebih bagi yang sudah menderita maag kronis.PIXABAY/DERNEUEMANN Melakukan pemeriksaan ke dokter penyakit dalam adalah langkah utama dalam menangani permasalahan sakit maag, terlebih bagi yang sudah menderita maag kronis.
Melakukan pemeriksaan ke dokter penyakit dalam adalah langkah utama dalam menangani permasalahan sakit maag, terlebih bagi yang sudah menderita maag kronis.

Menurut Dr Ari, para dokter juga akan melakukan pemeriksaan endoskopi untuk melihat saluran cerna bagian atas pasien agar bisa memastikan penyakit yang diderita baik itu maag atau gangguan lambung lainnya.

"Melalui endoskopi, dokter biasanya akan langsung mengetahui kondisi maag pasien. Ada juga yang menemukan luka di tukak lambung akibat kuman hingga kanker lambung," ujarnya.

Maka dari itu, dia memperingatkan orang-orang untuk lebih memerhatikan pola makan yang sehat dan seimbang. Para orangtua juga harus mengajarkan anak-anak makan dengan baik.

"Mencegah maag atau penyakit lambung lainnya ini harus dilakukan sejak dini atau masih dalam masa kanak-kanak," katanya.

"Hindari memberikan anak-anak makanan yang tinggi garam seperti junk food, kurangi cokelat, keju, serta makanan olahan lainnya karena itu bisa bermanifestasi menjadi maag ketika mereka sudah tumbuh dewasa," imbuh dia.

Baca juga: Waspadai Gejala Maag Kronis agar Tak Berujung pada Penyakit Serius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com