Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tabir Surya dapat Menjadi Racun Setelah Dua Jam Pemakaian, Mengapa?

Kompas.com - 24/10/2021, 20:35 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tabir surya atau sunscreen memang dapat mencegah kulit kita terpanggang matahari dan mencegah kerusakan kulit. Namun, bagaimana jika tabir surya yang kita pakai malah menjadi beracun bagi kita?

Ternyata, itu bisa benar-benar terjadi. Setidaknya menurut sebuah studi baru yang melibatkan para ilmuwan di Oregon State University.

Disebutkan tabir surya dengan dengan seng oksida (zinc oxyde) dapat kehilangan keefektifannya dan menjadi beracun setelah dua jam terpapar radiasi sinar ultraviolet.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal 'Photochemical and Photobiological Sciences' itu menganalisis toksisitas pada ikan zebra, ikan yang memiliki kesamaan tingkat molekuler, genetik, dan seluler yang sama dengan manusia, membuat hasil penelitiannya cukup relevan.

Pasar sunscreen global diprediksi bernilai lebih dari 24 miliar dolar AS atau sekitar Rp 341 triliun pada akhir dekade ini.

Baca juga: 6 Mitos Menyesatkan dalam Penggunaan Tabir Surya

Tiga peneliti, yaitu Robyn Tanguay dan Lisa Truong dari fakultas Ilmu serta rekan mereka, Claudia Santillan, mencoba mencari tahu tentang seberapa stabil, aman, dan efektif bahan tabir surya dalam kombinasi dan bukan sebagai kompinen individu, seperti saat disetujui oleh Food and Drug Administration?

Bagaimana dengan keamanan produk kimia yang dihasilkan dari reaksi yang disebabkan oleh paparan sinar matahari?

Tanguay yang merupakan professor dan pakar internasional di bidang toksikologi itu  berpendapat, tabir surya adalah produk yang membantu mengurangi paparan sinar UV dan kanker kulit, meski belum jelas apakah penggunaan beberapa formulasi tabir surya memiliki toksisitas yang tidak diinginkan akibat interaksi antara beberapa bahan dan sinar UV.

Pemikiran bahwa tabir surya aman berasal dari banyaknya produk yang menggunakan bahan banyak bahan, namun membatasi yang lain.

Terkadang, hal ini dilakukan berdasarkan data yang terbatas. Misalnya saja, oxybenzone yang telah dihentikan produksinya karena khawatir akan merusak terumbu karang.

"Tabir surya yang mengandung senyawa anorganik seperti seng oksida atau titanium dioksida yang menghalangi sinar UV, kerap dipasarkan sebagai alternatif yang aman pada  senyawa molekul kecil organik yang menyerap sinar UV," kata Tanguay.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ini 4 Perbedaan Sunscreen dan Sunblock

Masih banyak orang belum memahami perbedaan sunscreen dan sunblock. Keduanya kerap dianggap sama, padahal sebetulnya memiliki beberapa perbedaan.FREEPIK/GPOINTSTUDIO Masih banyak orang belum memahami perbedaan sunscreen dan sunblock. Keduanya kerap dianggap sama, padahal sebetulnya memiliki beberapa perbedaan.

Tim ilmuwan akhirnya membuat lima campuran yang mengandung filter UV, bahan aktif dalam sunscreen, dari berbagai produk yang tersedia di Amerika Serikat dan Eropa.

Mereka juga membuat campuran tambahan dengan bahan yang sama, ditambah seng oksida dalam jumlah lebih sedikit dari yang direkomendasikan secara komersial.

Lalu, para peneliti membuat campuran tersebut terpapar radiasi ultra violet selama dua jam dan menggunakan spektroskopi untuk memeriksa fotostabilitasnya, alias meneliti  apa yang dilakukan sinar matahari terhadap senyawa dalam campuran dan kemampuan pelindung UV-nya.

Baca juga: Cara Mudah Melindungi Kulit dari Sinar Ultraviolet

Tak hanya itu, para ilmuwan juga melihat apakah radiasi UV menyebabkan salah satu campuran menjadi racun bagi ikan zebra, organisme yang banyak digunakan dunia penelitian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com