Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2021, 08:23 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (Attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) belakangan ini mulai ramai dibicarakan warganet di jagat Twitter.

Hal ini bermula dari cuitan sejumlah pengguna Twitter yang mengeluhkan sulit fokus saat bekerja di rumah selama pandemi.

Ada juga yang mengaku susah untuk belajar karena mudah ter-distrack oleh hal-hal lain yang berada di sekitarnya. Mereka menganggap itu merupakan gejala ADHD.

Jika ditilik dari pengertiannya, ADHD merupakan gangguan perkembangan otak yang mengakibatkan penderitanya sulit memusatkan perhatian pada pekerjaan yang sedang dilakukan.

Alhasil, orang-orang yang mengidap ADHD mengalami penurunan performa belajar dan indeks kerja di kantor merosot tajam.

Itu sebabnya jika ADHD tidak terdeteksi dan tidak mendapat penanganan dari psikiatri dapat berdampak pada kesuksesan/ keberhasilan hidup.

 Baca juga: Memahami ADHD Pada Orang Dewasa

Seorang profesor psikologi asal University of Miami, dr. Amitha Jha baru-baru ini menjelaskan cara otak manusia memusatkan perhatian dan bagaimana ADHD mempengaruhinya.

Pertama, dia menganalogikan cara otak manusia memusatkan perhatian seperti senter. Artinya, pusat perhatian otak tunggal dan terfokus pada satu hal.

"Secara harfiah seperti senter di ruang gelap. Anda tahu Anda menganggap sesuatu penting ke mana pun dia disorot, dia memberi Anda informasi istimewa itu. Hal yang baik tentang senter adalah dapat digunakan dengan sengaja dan bisa diarahkan."

Demikian penuturan Jha dalam siniarnya bersama Joe Regan, seorang komentator olahraga, yang kemudian videonya diunggah di Youtube.

Kedua, Jha menganalogikan cara otak manusia memusatkan perhatian seperti lampu sorot. Dengan analogi ini ia menyebut ada kesadaran secara luas terhadap sesuatu yang berada di lingkungan sekitar.

"Ini luas, reseptif, tidak ada hak istimewa dari informasi apa pun, memungkinkan apa pun untuk muncul," katanya.

Baca juga: Tidur Cukup dan Berkualitas, Kunci Ketajaman Otak

Yang terakhir, dia menyebut saat otak memusatkan perhatian cara kerjanya seperti seorang 'manajer'.

Cara kerja otak yang demikian disebut Jha dapat mengatur berbagai informasi berdasar tujuan saat ini dan dapat membantu untuk mengarahkan/ memahami input sensorik dari cara kerja otak seperti senter atau lampu sorot.

Cara kerja otak bisa saja berbeda-beda. Ada yang terlalu fokus dan tidak bisa mematikan "senter" itu, atau sangat waspada dan tidak bisa menganggap segala sesuatu butuh perhatian hingga memicu kecemasan.

"Kadang-kadang koordinasi menjadi kacau dan berdampak negatif dalam hidup. Jika cara mereka mengatur fokus terganggu sehingga menyebabkan masalah dalam hidupnya, saat itulah bisa didiagnosis sebagai ADHD," tambahnya.

Untuk itu, Jha menyebut seseorang perlu untuk memahami pentingnya 'meta awareness' sebagai cara untuk memeriksa diri sendiri secara mental dan menyadari adanya gangguan atau pikiran saat melakukan suatu pekerjaan.

Baca juga: 3 Kebiasaan Sederhana Ini Bantu Mengembalikan Fokus

Dia mengatakan orang-orang yang mengidap ADHD saat menjalani pelatihan kesadaran dan mempraktikkan 'meta awareness' justru cenderung tidak mengalami masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka.

"Tidak hanya terhubung seperti sistem senter, ini memungkinkan kita untuk mengembangkan sikap luas dan reseptif terhadap apa yang sedang berlangsung saat ini, sehingga sistem manajer dapat memperbarui, menggeser, atau mengarahkan ulang ketika segala sesuatunya keluar jalur," pungkas Jha.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com