Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2021, 20:00 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Mendengkur adalah kondisi yang tak boleh disepelekan, terutama jika gejalanya mengarah pada Obstructive Sleep Apnea (OSA).

Obstructive sleep apnea adalah gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur akibat sumbatan jalan napas dan otot di belakang tenggorokan.

Dokter spesialis THT - bedah kepala dan leher konsultan laring faring, Dr dr Fauziah Fardizza, SpTHT-KL (K), FICS menjelaskan, tertutupnya sebagian jalan napas pada obstructive sleep apnea terjadi selama 10 detik, yang diikuti penurunan kadar oksigen.

Itulah mengapa, orang dengan obstructive sleep apnea sering kali mendengkur dengan keras namun setelahnya berhenti, atau malah tersedak.

"Mendengkur disertai dengan suara dengkuran yang terhenti atau seperti pause. Dilanjutkan suara mendengkur yang lebih keras, atau seperti suara tersedak atau batuk," ujarnya dalam diskusi media secara virtual, Rabu (27/10/2021).

Ketika menderita obstructive sleep apnea, kualitas tidur seseorang akan menurun sehingga proses pembentukan imun tidak terjadi.

Jika dibiarkan tak terobati, masalah terbesar akibat obstructive sleep apnea adalah masalah kardiovaskular yang dapat mengancam nyawa.

Baca juga: Waspada, 8 Gejala Mendengkur yang Berbahaya bagi Kesehatan

Apakah sleep apnea menyebabkan kematian?

Henti napas yang dialami penderita obstructive sleep apnea menyebabkan penurunan oksigen di dalam tubuh. Pada kondisi tersebut, tubuh menjadi stres dan akan bereaksi.

Salah satu reaksi tubuh adalah jantung berdebar lebih cepat dan penyempitan pembuluh darah. PEXELS/KAMPUS Henti napas yang dialami penderita obstructive sleep apnea menyebabkan penurunan oksigen di dalam tubuh. Pada kondisi tersebut, tubuh menjadi stres dan akan bereaksi. Salah satu reaksi tubuh adalah jantung berdebar lebih cepat dan penyempitan pembuluh darah.
Fauziah menjelaskan, henti napas yang dialami penderita obstructive sleep apnea menyebabkan penurunan oksigen di dalam tubuh. Pada kondisi tersebut, tubuh menjadi stres dan akan bereaksi.

Salah satu reaksi tubuh adalah jantung berdebar lebih cepat dan penyempitan pembuluh darah. Hal itu menyebabkan tekanan darah tinggi, nadi yang cepat, volume darah yang tinggi, dan inflamasi.

"OSA-nya sendiri tidak menyebabkan seseorang tidak bernapas, tapi serangan jantungnya yang akan menyebabkan kematian pada orang dengan OSA," kata dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah itu.

Fauziah kemudian menyebutkan beberapa penelitian yang mendukung hal tersebut.

Misalnya, penelitian yang dipublikasikan melalui American Journal of Respirarory and Critical Care Medicine pada 2010, yang menyebutkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko stroke 2-3 kali lipat.

Sementara penelitian dari Yale School of Medicine di 2007 mengingatkan bahwa OSA daat meningkatkan risiko serangan jantung atau kematian sebesar 30 persen dalam periode waktu 4-5 tahun.

Sedangkan Journal of the American College of Cardiology di 2013 menemukan bahwa penderita OSA memiliki risiko tinggi mengalami kematian akibat komplikasi jantung. Penelitian ini menemukan bahwa OSA dapat meningkatkan kematian akibat serangan jantung.

"Jadi, (dampak kesehatannya) tidak sekarang. Tapi 4-5 tahun lagi bisa terjadi gangguan serangan jantung, stroke, atau bahkan impotensi. Jadi jangan main-main dengan OSA," tuturnya.

Baca juga: Jangan Sepelekan Bahaya Sleep Apnea pada Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com