Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Kebiasaan dalam Pernikahan yang Jadi Pemicu Perceraian

Kompas.com - 31/10/2021, 19:05 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

1. Kritik

Kritik adalah tindakan memerhatikan masalah dalam hidup atau hubungan dan mengubahnya menjadi komentar tentang kelemahan sifat karakter pasangan.

Baca juga: Orangtua Cerai, Anak Jadi Korban? Kurangi Dampaknya dengan 9 Tips Ini

Kita dapat menangkap diri sendiri menggunakan kritik ketika kita mengucapkan kata-kata "selalu" atau "tidak pernah" saat menggambarkan sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan pasangan.

Kritik berbeda dengan keluhan. Mengeluarkan keluhan adalah aspek normal dan sehat dari suatu hubungan, sebab jika tidak ada yang pernah mengeluh, maka akan ada banyak kebencian yang tidak diproses seiring waktu.

Misalnya, jika kita masuk ke rumah yang berantakan setelah seharian bekerja dan melihat dapur berantakan, kita mungkin merasa frustrasi.

Ketika kita akan mengungkapkan hal ini pada pasangan, kita mungkin akan menggunakan kritik atau keluhan.

Dari situ, kita dapat melihat bahwa keluhan berfokus pada masalah (dapur yang berantakan), sementara kritik membuat pasangan menjadi masalahnya.

Ini kemungkinan akan memulai lingkaran frustasi di mana pasangan kita akan meresponsnya dengan defensif.

Maka dari itu, alih-alih melontarkan kritik, cobalah untuk menggunakan cara-cara seperti mengekspresikan apa yang kita perhatikan, berbagi perasaan, dan menyatakan kebutuhan kita.

2. Defensif

Defensif adalah reaksi terhadap kritik yang dirasakan. Terkadang, kritik itu benar-benar ada dan terkadang itu hanya proyeksi.

Apabila kita menjadi defensif, orang lain akan percaya bahwa kebutuhan mereka tidak didengar, sehingga ini akan meningkatkan keterputusan dan bahkan mungkin meningkatkan kritik.

Ada waktu dan tempat untuk membicarakan persepsi kita sendiri, tetapi biasanya tidak pada saat seseorang mengajukan pertanyaan.

Bahkan, mungkin posisi kita cenderung tidak didengar jika kita langsung menanggapinya dengan cara ini.

Jadi, daripada bersikap defensif, cobalah mengambil tanggung jawab untuk bagian kita, sekalipun kita hanya memiliki sedikit masalah.

Kita juga dapat mencoba memvalidasi persepsi dan realitas pasangan karena kemungkinannya adalah bahwa persepsi pasangan valid dan ada bagian yang menjadi tanggung jawab kita.

Mungkin sulit untuk mengakuinya, tetapi ini sangat penting untuk fungsi relasional yang sehat.

Baca juga: Siapa yang Sering Minta Cerai, Pria atau Wanita?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com