Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bijak Bermedia Sosial Saat Berbagi Kabar Gempa Bantul, Ini Panduannya

Kompas.com - Diperbarui 30/06/2023, 22:27 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabar soal gempa Bantul membanjiri kanal pemberitaan maupun media sosial.

Bukan hanya pers, semua pihak berbondong-bondong ingin berbagi informasi terbaru soal kejadian bencana alam tersebut.

Berbagai unggahan foto dan video terkait beredar luas di media sosial yang sebenarnya bisa berdampak buruk pada kondisi emosional dan psikologis para korban maupun kerabatnya.

Baca juga: Gempa Magnitudo 6,4 Guncang Bantul, Plafon Auditorium Taman Budaya Gunungkidul Ambrol

Etika bermedia sosial ketika ada kabar bencana seperti gempa Bantul

Pemberitaan yang masif adalah hal yang pasti ketika ada berita duka, tragedi dan bencana yang menyedot perhatian publik.

Sayangnya, kabar duka seringkali direspon dengan kurang baik oleh warganet maupun pengguna media sosial di Indonesia.

Berdalih berbagi informasi, banyak konten tidak etis yang kemudian disebarkan lewat Facebook, Twitter maupun status Whatsapp.

Misalnya saja menyebarkan foto korban, mendramatisasi kesedihan keluarga maupun menyebarkan berita misinformasi atau disinformasi.

Baca juga: Oversharing di Media Sosial, Apa Dampaknya?

Banyak juga yang seketika menjadi pakar dengan memberikan analisis yang bersifat spekulatif serta tidak akurat.

Padahal, hal tersebut menandakan kurangnya empati terhadap korban karena eksploitasi konten tersebut.

Ilustrasi Twittertechradar.com Ilustrasi Twitter
Jadi, bagaimana kita seharunya menggunakan media sosial ketika ada kabar tidak menyenangkan?

Ketahui etikanya berikut ini yang dikutip dari cuitan Center for Digital Society (CfDS), pusat studi yang fokus pada teknologi digital di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Baca juga: Ekpresikan Duka di Medsos Boleh Dilakukan, asal Sadar Risikonya

Hindari konten kesedihan

Jangan terburu-buru menyebarkan konten yang mengeksploitasi emosi kesedihan, termasuk yang didramatisasi.

Misalnya video terakhir korban sebelum gempa terjadi, firasat atau menggunakan lagu yang sedih.

Konten bersifat kesedihan yang masif dapat menyebabkan trauma berkepanjangan, khususnya bagi korban dan keluarganya.

Baca juga: Tips Menyelamatkan Diri Saat Gempa Bumi

Rumah di Kebumen, Jawa Tengah, rusak akibat gempa Bantul, DIY, Jumat (30/6/2023).DOK BPBD KEBUMEN Rumah di Kebumen, Jawa Tengah, rusak akibat gempa Bantul, DIY, Jumat (30/6/2023).
Jika berniat berbagai informasi, pastikan mengunggah berita berupa liputan dan usahakan mencari konten yang sifatnya menjelaskan tragedi.

Pilih yang isinya bersifat general dan informatif, bukan spesifik pada emosi kesedihan.

Jangan eksploitasi korban dan keluarganya

Kerapkali, media dan warganet memperlihatkan foto-foto korban dan kerugian yang terjadi akibat bencana tersebut.

Banyak juga yang memberikan komentar negatif soal perilaku maupun tindakan yang mengarah pada tragedi tersebut.

Hal itu tidak dibenarkan karena dapat mengeksploitasi korban dan keluarganya sehingga membuat perasaan mereka menjadi lebih buruk.

Hindari menyebarkan konten-konten seperti itu, apalagi berspekulasi tentang perasaan dan firasat sebelum kejadian.

Baca juga: Pahami, 7 Etika Dasar Saat Ucapkan Rasa Dukacita via Media Sosial

Sebarkan keberhasilan tim penyelamat dan berita positif

Akan jauh lebih bijaksana apabila kita memilih untuk lebih banyak membagikan berita yang positif.

Misalnya saja kemajuan tim penyelamat atau keberhasilan ketika menghadapi bencana tersebut.

Bisa juga mengunggah berita yang menunjukkan titik terang dari bencana atau informasi terbaru soal tragedi tersebut.

Tujuannya untuk menangkal berbagai narasi kesedihan yang banyak bereda di media sosial.

Baca juga: Sejarah Gempa Cianjur Tercatat Pertama Kali Terjadi pada Tahun 1844

Cek fakta

Etika paling utama dalam bermedia sosial di masa duka adalah memastikan faktanya sebelum dibagikan ulang.

Pastikan untuk selalu menyaring berita-berita terkait bencana atau tragedi tersebut.

Kita harus mewaspadai berbagai komentar atau opini yang bersikap spekulatif, bahkan disinformasi yang biasanya akan banyak beredar.

Baca juga: Gempa Bantul Hari Ini, Analisis Penyebab, dan Aktivitas Merapi...

Penting juga menyadari bahwa kita bukanlah pakar atau ahli di bidang yang dibicarakan.

Jangan sampai memberikan komentar spekulatif yang mencoba untuk menganalisis bencana atau tragedi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com