Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/11/2021, 17:04 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan izin penggunaan darurat vaksin Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun.

Izin ini diberikan berdasarkan hasil penelitian keamanan dan kekebalan yang ditimbulkan terhadap Covid-19.

Fokus uji klinik merujuk pada aspek keamanan, imunogenisitas dan efek samping yang ditimbulkan pada anak.

Baca juga: Pfizer Ajukan Izin Penggunaan Darurat Vaksin untuk Anak 5-11 Tahun

Kabar ini disambut dengan berbagai respons oleh para orangtua di Indonesia.

Ada yang lega anaknya bisa lebih terlindungi dari infeksi virus, namun ada juga yang khawatir dengan vaksinasi tersebut.

Menanggapi hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan rekomendasi untuk vaksin Sinovac bagi anak usia enam tahun ke atas.

Saran ini diterbitkan karena anak juga berisiko tertular atau menularkan Covid-19 dari dan ke orang dewasa di sekitarnya, meski tanpa gejala.

Misalnya saja pada orangtua, orang serumah, tamu yang datang ke rumah, teman atau guru yang bertemu di sekolah ketika pembelajaran tatap muka.

Melalui akun Instagram IDAI, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) memberikan penjelasannya.

Dia menyebut, pemberian vaksin Covid-19 Sinovac dilakukan secara intramuskular dengan dosis 0,5 ml.

"Diberikan sebanyak dua kali dengan jarak dosis pertama ke dosis kedua yakni empat minggu," kata dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ikatan Dokter Anak Indonesia (@idai_ig)

Sebelum dan sesudah vaksin, anak dianjurkan untuk tetap memakai masker, menjaga jarak dan tidak berkerumun.

Selain itu, dokter Piprim menyarankan untuk tidak perlu bepergian apabila tidak penting.

Meski demikian, IDAI juga menyebutkan soal kontradiksi yang dapat menghalangi anak diberikan vaksin Covid-19.

Misalnya saja untuk anak yang mengalami penyakit autoimun, hipertensi, diabetes dan penyakit kronik lain yang tidak terkendali.

Baca juga: Mengapa Vaksin untuk Anak Butuh Riset Lebih Lama dari Orang Dewasa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com