Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Mana Limbah Bekas Tes Usap Berakhir? Begini Prosesnya

Kompas.com - 08/11/2021, 20:40 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Limbah bekas tes usap termasuk kategori limbah infeksius. Jika pengelolaannya sembarangan, limbah ini berpotensi menimbulkan penyakit.

Belum lama ini, kita melihat fenomena di mana limbah medis seperti jarum suntik, baju hazmat, dan alat tes Covid-19 dibuang tidak di tempat yang seharusnya oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Lalu, ke mana limbah bekas tes usap (swab test) berakhir?

Kompas.com sempat berbincang dengan manajer laboratorium Bumame Farmasi, Indriani Wisnu Susanto, M Biomed di Bumame Farmasi cabang Benoa Square, Bali.

Indri menjelaskan, Bumame Farmasi dibantu pihak ketiga untuk mengelola limbah medis, termasuk limbah hasil tes usap.

Meski begitu, bukan berarti pihak penyedia layanan tes usap memberinya begitu saja. Bumame Farmasi, misalnya, mereka terlebih dahulu mengolah dan memisahkan limbah medis sesuai jenisnya.

Mereka juga memisahkan kantong limbah infeksius dan non-infeksius dengan warna kantong berbeda.

"Sebelum dikasih ke pihak ketiga atau pengolahan limbah infeksius, kami harus ada penanganan terlebih dahulu di lab. Tidak mungkin langsung dikirim dan diolah," ungkap Indri, ketika ditemui belum lama ini.

Pihak Bumame Farmasi terlebih dahulu melakukan sterilisasi menggunakan autoklaf, biasanya dengan suhu 121 derajar Celcius. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh bakteri agar pihak ketiga yang mengambil limbah infeksius tersebut tidak terinfeksi.

Proses sterilisasi dengan autoklaf berlangsung sekitar 1,5 jam.

Setelah itu, limbah medis masih dikumpulkan terlebih dahulu di Tempat Penampungan Sementara (TPS) milik Bumame Farmasi, baru kemudian ditangani oleh pihak ketiga.

"Di sana biasanya ada sistem semacam peleburan, dan sebagainya, untuk penanganan limbah B3," kata Indri.

Baca juga: Jangan Lakukan Tes Swab Sendiri, Dokter Jelaskan Risikonya

Pentingnya pengelolaan limbah tes usap

Sementara itu, Direktur Utama Bumame Farmasi, James Wihardja menilai pengelolaan limbah infeksius ini sangat penting untuk diperhatikan. Jika tak terkelola dengan baik, limbah tersebut berpotensi menginfeksi orang-orang di sekitar tempat pembuangan.

"Ini mungkin sesuatu yang sering terlewat. Kalau ingat waktu awal-awal (Covid-19), April tahun lalu, di Italia yang pertama naik kasus Covid-19, itu banyak sekali yang terpapar karena pembuangan alat tes yang tidak sesuai prosedur."

"Sayangnya banyak juga penyedia (tes) PCR yang mungkin tidak mematuhi ini," tuturnya.

James memastikan pihaknya sejak awal menyadari pentingnya pengelolaan limbah medis yang tepat dan sudah bekerja sama dengan lembaga yang bertanggung jawab atas pemusnahan sampah medis.

"Kami selalu bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang sudah punya perizinan untuk pengambilan dan pemusnahan sampah medis," tambah James.

Diwawancarai terpisah, Dokter Patologi Klinik dr I Nyoman Gde Sudana SpPK menjelaskan, setiap laboratorium yang menyediakan layanan tes usap pada umumnya sudah menyediakan TPS untuk menampung limbah infeksius, sebelum kemudian diambil oleh pihak ketiga.

Menurutnya, saat ini sebagian besar penyedia layanan tes usap sudah memaruhi aturan yang ada karena adanya pengawasan setiap periode tertentu dari dinas terkait.

Setiap penyedia layanan yang tidak menepati aturan akan mendapatkan sanksi.

"Kepatuhan itulah yang memaksa untuk patuh terhadap tata kelola limbah," ucap Nyoman.

Ia melanjutkan, limbah tersebut juga memiliki nilai ekonomi. Maksudnya, pembuangan yang tidak tepat juga akan memengaruhi harga.

"Kalau salah membuang limbah biasa ke limbah medis, akan berpengaruh pada harga. Mereka pasti akan rugi. Misal ada tisu biasa masuk ke limbah infeksius. Itu kan timbangan, dia pasti akan kena sanksi."

"Atau limbah infeksius masuk ke limbah medis lain dia akan kena sanksi, akan membahayakan orang. Karena ada sistem sanksi itulah kita patuh terhadap tata kelola limbah di suatu tempat," ungkapnya.

Baca juga: Layanan Tes Covid-19 Bumame Farmasi Kini Hadir di Bali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com