Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Pemenang Sejati Sadar Kapan Dirinya Harus Berhenti

Kompas.com - 09/11/2021, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Intania Ayumirza dan Sulyana Andikko

DALAM sebuah perjuangan untuk meraih sesuatu, tidak jarang kita merasakan yang namanya kegagalan. Umumnya, setiap orang memiliki persepsi tersendiri terkait kegagalan.

Layaknya menilai benar atau salah, mendefinisikan kegagalan tersendiri adalah hal sulit karena sifatnya yang relatif atau tidak eksak.

Kendati mengalami nasib yang sama, beda orang dapat memberikan respons dan persepsi yang berbeda pula. Pola pikir (mindset) akan menjadi hal yang sangat menentukan.

Sebagian orang akan melabelinya sebagai kegagalan, namun sebagian lainnya mungkin tidak.

Ada yang menyikapinya dengan putus asa; menerima lalu memutuskan untuk bertahan; mengambil pelajaran; atau justru segera melangkah meninggalkan kekecewaan dan bersiap dengan rencana cadangannya.

Sikap-sikap tersebut memiliki kaitan dengan resiliensi, sebuah kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, frustasi, dan kemalangan, sesuai definisi yang diusung oleh Janet Ledesma, peneliti dari Andrews University Amerika Serikat.

Menjadi resilien tidak sebatas menerima dan bertahan dengan keadaan tersebut, melainkan juga mendorong diri untuk meninggalkan keterpurukan.

Seseorang dengan tingkat resiliensi yang baik akan mampu melihat kegagalan sebagai pelajaran untuk menjadikan dirinya lebih baik di masa depan.

Lingkaran kontrol dan lingkaran perhatian

Berbincang dalam episode kedua di musim ketiga siniar OBSESIF, Irma Erinda, seorang Purpose Coach yang juga merupakan Founder Purpose Finder, membahas mengenai konsep lingkaran kontrol dan lingkaran perhatian berdasarkan buku klasik berjudul The Seven Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey.

Ia memperkenalkan istilah lingkaran kontrol (circle of control), yang meliputi hal-hal yang berada di bawah kendali seseorang; seperti pola pikir, tindakan, cara berinteraksi, serta hal-hal lain yang dapat dikontrol secara langsung oleh dirinya.

Di luar itu, ada pula lingkaran perhatian (circle of concern), yang meliputi hal-hal yang berdampak pada kehidupan seseorang, tetapi tidak dapat dikendalikannya, seperti pandangan orang lain, hasil ujian, respon orang lain terhadap suatu hal, budaya yang telah mengakar, kebijakan pemerintah, maupun momen pandemi seperti saat ini.

Setiap orang dihadapkan pada dua pilihan: memperbesar wilayah lingkaran kontrol atau lingkaran perhatiannya. Sebab, cara kita memandang kedua lingkaran ini akan memengaruhi perspektif kita terhadap banyak hal, termasuk ketika menghadapi kegagalan.

"Yang kita inginkan, apa yang disebut orang adalah the feeling of being empowered (perasaan berdaya). Kalo kita ngomong kita ini adalah manusia yang berdaya, itu adalah pada saat kita berusaha untuk memperbesar our circle of control (lingkaran kontrol kita), sehingga our circle of concern (lingkaran perhatian kita) itu semakin kecil," ujar Irma.

"Karena, pada saat circle of concern kita semakin kecil, circle of control kita semakin besar, maka kita merasa bahwa kita berdaya dan bisa mengendalikan kita sendiri," tambahnya.

Cara untuk memperbesar lingkaran kontrol kita adalah dengan menentukan setiap langkah kita sendiri.

Owning your narrative, yang berarti memiliki keyakinan (conviction) akan narasi kita sendiri, adalah jargon yang tepat untuk menggambarkannya. Sebab, apa yang kita narasikan atau ucapkan akan menjadi sesuatu yang menuntun setiap langkah yang akan kita tempuh.

Terkadang, kita terbiasa melabeli sesuatu di luar kendali kita dengan kata "harus". Seperti, "saya seharusnya melakukan ini".

Dengan mengubah pernyataan tersebut menjadi "saya memilih untuk melakukan ini," kita akan merasa lebih memiliki kontrol atas tindakan yang kita ambil sehingga lebih merasa berdaya.

Kesadaran akan hal-hal yang dapat kita kontrol dan tidak, akan membuat kita lebih bijaksana dalam mengelola energi dan waktu kita pula yang terbatas.

Dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan untuk mengukur hal-hal yang harus kita perjuangkan dan yang tidak. Tidak semua perang, layak untuk dimenangkan.

Sadari kapan perlu berhenti

Ada sebuah kutipan yang dipopulerkan oleh Seth Godin, penulis buku The Dip: A Little Book That Teaches You When to Quit (and When to Stick) yang menyatakan, "Winners quit all the time. They just quit the right stuff at the right time."

Sederhananya, maksud dari kalimat tersebut adalah seorang pemenang atau orang sukses, tahu kapan ia harus berhenti.

Berhenti berjuang tidak selalu berkonotasi negatif. Dengan berhenti atau sekadar memberi jeda pada diri sendiri, seseorang justru mendapat kesempatan untuk menilai apakah usaha dan strategi yang telah ia pilih menunjukkan hasil yang linear dengan ekspektasinya.

Kemudian, apa saja yang harus menjadi pertimbangan ketika menentukan kapan harus berhenti dan tidak?

Ketika segala upaya sudah dikerahkan, akan tetapi tidak menampakkan hasil yang signifikan, maka ini adalah sebuah peringatan. Percobaan tanpa henti yang tidak diimbangi dengan hasil yang positif dikhawatirkan akan berdampak pada tingkat stres yang berlebihan.

Stres adalah hal yang baik jika itu mendorong seseorang untuk bekerja keras dan menaikkan level kompetisinya. Namun, apabila melebihi batas yang wajar, kehadirannya justru dapat berimbas buruk, terutama pada kesehatan mental. Ada kalanya, perlu juga mengalibrasi ekspektasi kita terhadap pilihan-pilihan yang sudah kita jalani.

Melepaskan energi negatif

Berhenti berjuang dapat menjadi pengalaman paling dilematis karena harus meninggalkan kemajuan yang telah diupayakan dengan segenap waktu dan tenaga.

Namun, ada masa ketika seseorang perlu melepaskan keterikatan perasaan yang berlebihan agar dapat melangkah maju. Ketika berhenti, kesempatan untuk kembali bangkit dengan strategi yang baru masih terbuka lebar.

Sebagai kesimpulan, untuk mengetahui apakah perjuangan pantas dilanjutkan atau diberhentikan, nilailah situasi dengan penuh berkesadaran. Pertimbangkan pula kapasitas kesehatan mental serta fisik, lalu kembalilah dengan strategi baru.

Dengarkan perbincangan lebih lanjut mengenai topik ini di kanal siniar OBSESIF S3 Episode 2; Irma Erinda: Enlarge Your Circle of Control.

Irma Erinda, seorang purpose coach yang juga merupakan founder Purpose Finder akan memaparkan mengenai bagaimana cara untuk bangkit dari kegagalan lampau serta kaitannya dengan Circle of Control (lingkaran kontrol) dalam diri agar tidak tergoyahkan oleh kegagalan.

Dengarkan OBSESIF di Spotify atau platform pemutar audio favorit Anda lainnya. Klik di sini untuk mendengarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com