KOMPAS.com - Parfum umumnya lahir dari kecintaan seseorang terhadap aroma, entah itu wangi bunga yang disukai di masa kecil, aroma kue, keharuman yang mengingatkan pada suatu tempat, atau aroma yang membuatnya terkenang suatu peristiwa.
Itulah yang terjadi pada Ludovic Bonneton. Kenangannya di masa lalu membuatnya menciptakan wewangian yang diimpikannya.
Saat remaja, Ludovic memakai parfum Jicky dari Guerlain atau Vetiver dari Carven, lalu Habit Rouge dan Pour un Homme dari Caron. Ia juga mencoba berbagai parfum yang unik dari brand-brand yang membuat wewangian secara tradisional.
Bagi Ludovic, wangi parfum adalah aroma yang merdeka. Kita tidak harus memakai satu jenis wewangian saja sepanjang hidup, namun bisa berganti-ganti sesuai cuaca, acara, atau suasana hati.
Kecintaan itulah yang mengantarnya mendirikan Bon Parfumeur, rangkaian produk parfum dengan beragam aroma yang bisa dipakai sendiri-sendiri atau digabungkan sesuai keinginan pemakai.
Bon Parfumeur adalah wewangian yang dirancang secara tradisional di Perancis, dengan bahan-bahan pilihan. Wewangian yang dihasilkan menjadi karya seni, di mana setiap orang bebas untuk memilih dan mencampur apa yang disukai.
Kategori tersebut dinamai dengan angka. Wangi cologne yang ringan dan segar misalnya, ditandai dengan angka 001, 002, 003, dan 004. Sedangkan angka 1 di awal menunjukkan aroma floral atau bunga, misalnya 101, lalu angka 2 di awal mengacu pada aroma fruity.
Demikian seterusnya, ada aroma spicy amber dengan angka depan 3, oriental angka 4, gourmand angka 5, woody angka 6, aromatic angka 7, aquatic angka 8, dan special angka 9.
Parfum 801 misalnya, memiliki aroma kesegaran laut, cedar, dan grapefruit, sedangkan 601 adalah rangkaian aroma vetiver, kayu cedar, dan bergamot, lalu 501 akan mengingatkan kita pada wangi praline, akar manis dan nilam.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.