Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Phubbing, Perilaku Anti Sosial yang Tercipta di Era Digital

Kompas.com - Diperbarui 14/10/2022, 09:33 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Phubbing mungkin istilah yang asing bagi kita namun sebenarnya kerap dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Phubbing adalah kata yang menggambarkan perilaku seseorang yang asyik dengan gadget ketika berhadapan dengan orang lain atau sedang berada di dalam pertemuan.

Akibatnya, pelakunya mengabaikan orang lain di depannya sehingga dikategorikan sebagai sikap anti sosial.

Istilah phubbing tercipta dari kata phone, artinya telepon, dan snubbing, yang berarti menghina. Terminologi ini pertama kali tercetus pada Mei 2012 lalu di Australia.

Kala itu, sebuah biro iklan negara tersebut menggunakan istilah phubbing untuk menggambarkan fenomena yang berkembang di era digital ini.

Banyak orang mengabaikan teman dan keluarga yang berada tepat di depannya karena malah lebih asyik dengan ponselnya.

Dikutip dari Healthline, salah satu penelitian membuktikan lebih dari 17 persen orang melakukan phubbing kepada orang lain, setidaknya empat kali sehari. Sementara itu, hampir 32 persen menjadi korban phubbing hingga dua sampai tiga kali sehari.

Perilaku ini begitu mengganggu sehingga kini banyak orang mulai mengkampanyekan anti phubbing.

Pasalnya, perilaku tidak sopan ini bukan hanya mengganggu hubungan sosial seseorang namun juga merusak kesehatan mentalnya.

Baca juga: Kecanduan Ponsel Tanda Depresi, Benarkah?

Pengaruh phubbing pada hubungan sosial

Phubbing mengganggu kemampuan seseorang untuk benar-benar hadir dan terlibat dengan orang-orang di sekitarnya. Kita mungkin hadir secara fisik di hadapan orang lain namun dengan perhatian yang sepenuhnya teralihkan.

Sayangnya, peralihan perhatian ini dilakukan dengan sengaja ketika kita mulai menggunakan smartphone, diniatkan atau tidak sama sekali.

Riset membuktikan, chatting selama percakapan tatap muka, yang termasuk phubbing, membuat interaksi yang terjadi kurang mengesankan, Hal ini berdampak pada semua orang yang terlibat interaksi tersebut, bahkan pelaku phubbing.

Dalam jangka panjang, hal ini akan berdampak buruk pada hubungan sosial kita. Teman atau kenalan lama-kelamaan akan enggan bertemu muka dengan kita, karena merasa terus menerus diacuhkan.

Selain itu, phubbing, yang merupakan bagian dari penggunaan smartphone berlebihan, dapat berdampak pada hubungan pribadi. Terbukti, phubbing menurunkan kepuasaan pernikahan karena konflik atas penggunaan smartphone tersebut.

Studi lain membuktikan, pasangan yang kerap melakukan phubbing, pada satu sama lainnya, berisiko lebih tinggi mengalami depresi.

Saat ini, hampir semua orang di seluruh dunia memiliki smartphone sehingga diprediksi perilaku phubbing akan semakin parah dan makin meluas.

Baca juga: Pengaruh Ponsel pada Kesehatan Tubuh dan Pikiran

Dampak buruk phubbing bagi kesehatan mental

Phubbing bisa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan mental pelaku maupun korban.

Korban phubbing mungkin merasa ditolak, dikucilkan, dan tidak penting. Hal yang tentunya bisa berdampak signifikan pada kesehatan mental seseorang.

Pasalnya, phubbing adalah ancaman bagi empat kebutuhan dasar manusia secara sosial yakni rasa memiliki, harga diri, keberadaan yang berarti, dan kontrol.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Social Psychology menunjukkan, orang yang menjadi korban phubbing akhirnya terjerumus dalam pola perilaku serupa.

Mereka berusaha mengisi kekosongan interaksi yang terjadi dengan menggunakan smartphone-nya, yang akhirnya menjadi perilaku phubbing pula.

Hal ini akhirnya menjadi lingkaran setan yang memperburuk kondisi hubungan sosial maupun mental semua pihak.

Penting pula untuk memahami jika media sosial, yang cenderung dinikmati ketika phubbing, dapat memperburuk masalah mental kita.

Media sosial mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan mental kita, menurut penelitian yang dipublikasikan di Computers and Human Behavior.

Studi tersebut menemukan bahwa media sosial dapat memperburuk perasaan depresi, dan semakin sering kita menggunakannya maka semakin besar kemungkinan kita merasakan depresi atau kecemasan.

Baca juga: Kenali, Tanda-tanda Sudah Kecanduan Ponsel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com