Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Terlalu Berusaha Lebih Bahagia, Efeknya Malah Sengsara

Kompas.com - 23/11/2021, 11:49 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Inc.com

KOMPAS.com – Kita mungkin memiliki teman yang selalu terlihat positif dan antusias dalam menjalani hidup, namun di balik sikap positifnya itu, ia ternyata sering merasa tidak bahagia.  meski di saat ia merasa senang ia merasa harusnya bisa lebih bahagia lagi.

Orang-orang seperti itu biasanya akan merasakan bahwa kebahagiaan bukan hanya hal yang baik, namun juga akan baik untuk dirinya.

Karena itu, ia akan berusaha keras untuk lebih bahagia, dan fokus hidupnya pun dikuasai oleh usaha untuk menjadi lebih bahagia, yang nyatanya malah membuat diri menjadi kurang bahagia.

Melansir Inc, sebuah penelitian yang dieterbitkan di jurnal Emotion menemukan bahwa berusaha terlalu keras untuk menjadi lebih bahagia, ketika kita sudah bahagia, dapat merugikan diri sendiri dan menyebabkan tingkat ketidakbahagiaan yang lebih besar.

Baca juga: Bukan Uang atau Harta, Ada 3 Hal yang Bikin Manusia Lebih Bahagia

“Menilai kebahagiaan bisa merugikan diri sendiri, karena semakin banyak orang menghargai kebahagiaan, semakin besar kemungkinan mereka akan merasa kecewa," tulis para peneliti dalam jurnal tersebut.

Jika terus mengejar kebahagiaan saat telah bahagia, akan terbentuk “toxic positivity” atau perilaku yang mendorong seseorang untuk berusaha keras berbuat dan berfikir positif hingga menekan emosi negatif keluar.

Dalam beberapa kasus, toxic positivity melibatkan upaya meyakinkan seseorang bahwa semuanya baik-baik saja, alih-alih mendengarkan dan berempati, atau membiarkan seseorang mengatasi masalah dengan cara yang lebih alami dan sehat.

Pencarian untuk menemukan sisi yang lebih cerah dari setiap situasi positif atau salah satu bentuk positif beracun yang menghadap ke dalam (inward-facing), dapat menyebabkan seseorang meremehkan apa yang sebenarnya dia rasakan dan memprosesnya dengan cara yang tidak sehat.

Baca juga: Banyak Waktu Luang Bukan Jaminan Merasa Bahagia

Lantas, apa yang harus dilakukan jika kita atau teman mengalaminya?

Prioritaskan positifitas, bukan kebahagiaan

Menurut hasil sebuah penelitian psikologi, orang-orang yang menghargai dan mengharapkan kebahagiaan, cenderung berjuang ketika menghadapi emosi negatif, membuat mereka merasa gagal.

IlustrasiSHUTTERSTOCK Ilustrasi

Di sisi lain, orang yang mengutamakan kepositifan melihat emosi negatif sebagai bagian dari kehidupan.

Hasilnya, tingkat keragaman emosi pun akan lebih besar, dan seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, mengalami emosi positif dan emosi negatif merupakan aspek penting dalam kesehatan secara keseluruhan dan kesejahteraan subjektif.

Jadi, meski hidup selalu memiliki pasang-surutnya sendiri, yang penting adalah bertahan melalui saat-saat buruk untuk bangkit kembali.

Baca juga: Keterampilan Hidup yang Dibutuhkan untuk Raih Kesuksesan

Kita juga bisa mengingat apa yang dikatakan orang-orang Stoa, yaitu meski tak bisa mengendalikan apa yang terjadi di sekitar kita, kita bisa mengendalikan respon kita.

Halaman:
Sumber Inc.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com