Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Memiliki Titik Buta dalam Hubungan Asmara

Kompas.com - 24/11/2021, 08:48 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dalam sebuah hubungan berkomitmen, biasanya pasangan akan tetap bersama meski ada ketidaksempurnaan di antara mereka.

Kendati demikian, tak jarang salah satu individu khawatir bahwa ada sesuatu yang ia lewatkan dari pasangannya namun patut diperhatikan.

Misalnya, saat pasangan dermawan dan sangat “lunak” ketika kerabat atau temannya meminta pinjaman.

Meski niatnya sangat bagus dan mulia, di sisi lain kita khawatir karena anggaran rumah tangga mungkin tak dapat mendukung niat tersebut.

Baca juga: 9 Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Hubungan Asmara

Memang, semakin lama bersama, semakin banyak persepsi tentang pasangan yang mulai menyatu dengan persepsi kita tentang diri sendiri.

Hubungan komitmen jangka panjang tentu akan melibatkan tumpang tindih identitas individu sampai pada titik di mana banyak batas diri dan pasangan menghilang, layaknya sebuah tiitik buta.

Saat itulah, kita mungkin merasakan adanya kebutuhan yang kuat untuk melihat pasangan berbuat baik, seperti kita melihat diri sendiri.

Pasalnya, ada banyak bukti dalam psikologi yang mengungkapkan, kebanyakan orang yang tidak depresi cenderung memiliki bias positif dan mementingkan diri sendiri dalam mengevaluasi perilakunya sendiri.

Lalu, semakin banyak identitas kita menyatu dengan pasangan, tentu semakin bias pula diri kita, sehingga mengganggu penilaian akurat kita tentang perilaku pasangan.

Konektivitas relasional dan penggabungan identitas

Menurut Adam Galovan dan rekan-rekannya dari Universitas Alberta (2021), keadaan "konektivitas relasional" mulai muncul ketika pasangan membangun hubungan dengan "keadaan psikis dari yang lain."

Mengutip karya mereka sebelumnya, penulis pun mendefinisikan rasa keintiman ini sebagai “konstruksi multidimensi dari keterhubungan pasangan” dengan persahabatan timbal balik, keintiman, dan rasa memiliki sebagai kuncinya.

Pertanyaannya, apakah rasa konektivitas relasional yang tinggi memengaruhi kepuasan kita dengan pasangan?

Lalu, apakah lebih baik memiliki konektivitas relasional, dan titik buta daripada konsepsi pasangan yang lebih berbasis realitas?

Bukankah lebih baik fokus pada proses yang dapat mempertahankan kepuasan hubungan, seperti kemampuan untuk berkomunikasi, daripada pada beberapa rasa campuran identitas yang tidak berbentuk?

Nah, berikut jawabannya.

Baca juga: 7 Hal dalam Hidup yang Lebih Penting daripada Asmara

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com