Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memilih Metode Sunat yang Aman dan Nyaman untuk Anak

Kompas.com - 24/11/2021, 15:07 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Tradisi sunat sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu dengan beragam metode. Di era modern ini berkembang berbagai teknik sunat terbaru. Bagaimana memilih teknik yang aman dan nyaman untuk anak?

Sunat atau sirkumisi adalah tindakan medis untuk membuang sebagian atau seluruh kulup (prepusium) dengan tujuan tertentu.

Dijelaskan oleh pendiri Rumah Sunat dr.Mahdian Nasution, Sp.B, ada tiga teknik sunat yang masih dipraktikkan hingga saat ini, yaitu teknik tradisional, konvensional, serta metode modern menggunakan klem.

"Teknik tradisional biasanya dilakukan oleh tenaga non-medis. Karena negara kita kepulauan, banyak yang tinggal di pedalaman melakukan sunat dengan dukun sunat memakai alat tradisional seperti batu, bambu, dan lainnya," ujarnya dalam acara webinar yang diadakan Ikatan Dokter Indonesia dan Rumah Sunat (22/11).

Teknik konvensional merupakan teknik sunat yang dilakukan oleh tenaga medis seperti perawat, dokter, dan mantri. Metode ini masih menggunakan jahitan dan ada risiko perdarahan.

Baca juga: Bayi Alami Fimosis, Jangan Tunda Lakukan Sunat

Sementara itu, sunat modern menggunakan alat sekali pakai, salah satunya adalah metode Mahdian Klem yang tidak memerlukan jahitan dan perban.

Setelah tindakan sunat pun anak bisa langsung beraktivitas.

"Namun kontrol pascasunat tetap diperlukan untuk mencegah risiko perdarahan, penis bengkak, hingga infeksi," katanya.

Belakangan sunat dengan metode laser juga populer. Namun, metode ini sebenarnya memiliki risiko berbahaya karena menggunakan energi panas dengan alat elektrokauter untuk memotong jaringan.

Usia ideal anak disunat

Sunat pada anak laki-laki memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain mengurangi risiko infeksi, saluran kencing, termasuk fimosis (ujung kulup menutup), serta mengurangi risiko peradangan dan infeksi HIV.

Di Indonesia kebanyakan anak laki-laki disunat saat akan masuk sekolah dasar atau sekitar usia 6-7 tahun. Namun, sebenarnya sunat sudah boleh dilakukan sejak bayi.

Baca juga: Menekan Risiko Komplikasi dengan Metode Sunat Modern

"Dalam berbagai literatur bisa sejak bayi, ini lebih bagus," kata dokter spesialis edah Asrul Muhadi, dalam acara yang sama.

Pada bayi, luka sirkumsisi akan lebih cepat pulih dan tidak menimbulkan trauma anak, khususnya jarum suntik untuk melakukan bius.

Melakukan sunat sejak bayi juga dipilih dr.Reisa Broto Asmoro untuk buah hatinya karena alasan kesehatan.

"Karena saya bekerja jadi tidak bisa selalu ada di rumah untuk memastikan higienitas anak, jadi lebih baik di sunat sejak bayi," ujarnya.

Jika anak akan disunat di usia yang sudah cukup besar, menurut Reisa orangtua perlu mempersiapkan mental anak.

"Harus siap mental, anak dan keluarga, baik saat tindakan mau pun saat perawatan setelahnya. Persiapan mentalnya luar biasa, bahkan sunat bisa bikin anak traumatik," ujarnya.

Itu sebabnya orangtua bisa memilihkan metode sunat yang nyaman bagi anak dan lebih cepat proses pemulihan.

Baca juga: Walau Praktis, Waspada Risiko Sunat Laser

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com